Jakarta (ANTARA) -
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi kehadiran perusahaan biofarmasi global, Takeda, atas penyelenggaraan kampanye Langkah Bersama Cegah Dengue untuk meningkatkan kesadaran, mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD).

"Kemenkes juga mendukung pengendalian vektor dengue dengan teknologi nyamuk ber-Wolbachia yang tengah dilakukan pilot project di enam kota yaitu Bali, Bandung, Jakarta, Semarang, Kupang, dan Bontang," ujarnya dalam video sambutan untuk acara diskusi DBD di Jakarta, Minggu.

Ia memastikan penanganan DBD juga dilakukan dengan melibatkan masyarakat, khususnya dengan gerakan 3M Plus yaitu Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang bekas, serta Mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk.

"Kini Kementerian Kesehatan juga menyambut baik inovasi vaksin dengue yang kini dapat diakses oleh masyarakat luas," tambah Menteri Budi.

Baca juga: Tekan nyamuk DBD, BRIN terapkan teknik serangga mandul

Hingga minggu ke-33 di tahun 2023, tercatat adanya 57.884 kasus DBD, dengan tingkat insidensi sebanyak 21,06 per 100.000 penduduk. Dan 422 kematian dengan tingkat kematian sebanyak 0,73 persen.

Dalam upaya pencegahan DBD itu, Takeda telah menjalin kemitraan yang kuat dengan pemangku kepentingan termasuk melalui Perjanjian Kerjasama dengan Kementerian Kesehatan. Upaya Kementerian Kesehatan, terutama dengan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, mencerminkan komitmen serius dalam mengatasi DBD.

Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengucapkan terima kasih atas kepercayaan pemerintah Indonesia dalam menjalin komitmen untuk mewujudkan nol kematian akibat DBD pada 2030.
 
"Takeda tetap berkomitmen untuk memainkan peran aktif dalam memerangi DBD sebagai salah satu pendiri KOBAR (Koalisi Bersama Lawan Dengue) dari sektor inovator," ujarnya.
 
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi menekankan kasus DBD tetap menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia, terutama dengan fenomena El Nino.
 
"Melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi kasus DBD menjadi kurang dari 10 per 100.000 penduduk pada tahun 2024, menuju nol kasus kematian pada tahun 2030," ucap dr. Imran.
 
Ia juga mengingatkan bahwa semua orang berisiko terkena DBD, tanpa memandang usia, tempat tinggal, atau gaya hidup mereka. Inilah sebabnya perlindungan komprehensif, termasuk kampanye Ayo 3M Plus dan Vaksin DBD, sangat penting dalam upaya pemerintah untuk melindungi masyarakat.

Baca juga: Jangan terkecoh gejala demam turun hari ketiga pada pasien DBD 
 
Di Indonesia, penyakit demam berdarah atau dengue terus menjadi beban penyakit yang signifikan di banyak wilayah. Tiga dari empat kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak usia 0 sampai 14 tahun.

Sejalan dengan target global zero dengue death (yang dicanangkan) pada tahun 2021, Kementerian Kesehatan telah menyusun Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Dengue, salah satunya dengan pemberian vaksin.
 
Badan POM telah memberikan ijin edar vaksin DBD untuk digunakan pada usia 6 tahun hingga 45 tahun. Pemberian vaksin diharapkan dapat menjadi salah satu langkah penting untuk mencegah dan mengurangi risiko yang serius pada anak-anak, mengingat belum ada pengobatan khusus untuk DBD.
 
Vaksinasi DBD secara klinis efektif mengurangi tingkat kejadian terjangkitnya DBD yang dapat terjadi berulang kali baik pada anak dan dewasa serta menurunkan tingkat keparahan yang akan menurunkan tingkat rawat inap dan kematian.

Baca juga: Ingat, sifat demam pada DBD itu mendadak tinggi

Baca juga: Pasien DBD perlu banyak minum air mengandung gula

Baca juga: BRIN usulkan pemerintah wajibkan vaksin DBD

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023