Tripoli (ANTARA News) - Duta besar baru AS untuk Libya tiba di Tripoli, Rabu, kata satu sumber kedutaan, sembilan bulan setelah pendahulunya dan tiga orang lain Amerika tewas dalam serangan militan di Benghazi.

Diplomat karir Deborah Jones akan menyerahkan surat kepercayaannya Kamis kepada Kongres Umum Nasional, badan legislatif dan politik tertinggi di Libya, kata Kantor Berita LANA, lapor AFP.

Jones menggantikan Chris Stevens, seorang tokoh populer di kalangan penduduk Libya yang tewas bersama tiga warga lain Amerika ketika militan menyerbu misi AS dan ruang tambahan CIA pada 13 September.

Meski FBI dan pihak berwenang Libya telah melakukan penyelidikan, belum ada orang yang ditangkap terkait dengan serangan mematikan itu.

Jones, seorang wanita yang fasih berbicara bahasa Arab dan menikah dengan Richard Olsen, duta besar AS untuk Pakistan saat ini, meniti sebagian besar karirnya di kedutaan-kedutaan besar di dunia Arab, termasuk Irak, Yordania dan Suriah.

Dari 2008 hingga 2011, ia menjadi duta besar untuk Kuwait dan sejak itu bekerja di Institut Timur Tengah di Washington.

Pada acara pengambilan sumpahnya pekan lalu, ia mengakui bahwa pengukuhan demokrasi di Libya memerlukan waktu, namun ia memuji komitmen rakyat Libya pada masalah itu.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.

NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.

Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga lain Amerika. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013