Jakarta (ANTARA) -
Setelah berdiri selama 15 tahun, organisasi nirlaba Cita Tenun Indonesia (CTI) berhasil memperoleh lisensi resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Tenun Indonesia guna pemberdayaan perajin tenun di tingkat lanjutan.

Pengurus Bidang Penelitian dan Pengembangan CTI Cut Kamaril Wardani mengatakan hadirnya LSP Tenun Indonesia ini agar kehadiran para perajin tenun di setiap daerah diakui negara.

"Kalau bisa disertifikasi pengrajin itu diakui oleh negara, supaya harkat meningkat, kita tidak lagi melihat hanya bajunya saja tapi pengrajinnya dilupakan," kata Maril dalam konferensi pers 15 tahun Cita Tenun Indonesia (CTI) di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Tenun dengan harga terjangkau jadi cara gapai target pasar anak muda

LSP Tenun Indonesia adalah lembaga sertifikasi di bidang standarisasi kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang tenun tradisional. LSP ini didirikan Perkumpulan CTI pada tahun 2019 dan baru terlisensi oleh BNSP pada Maret 2023.

LSP Tenun Indonesia hingga saat ini merupakan lembaga berbadan hukum pertama di Indonesia yang diakui negara.​​​​​​​

Maril melanjutkan, ada empat skema besar untuk menyertifikasi perajin menjadi binaan CTI yaitu penenunan mulai dari songket hingga tenun ikat, kedua pewarnaan alam, ketiga mengembangkan permotifan baru, dan keempat pengelolaan industri tenun tangan tradisional.

"Itu banyak di daerah tapi belum tersertifikasi, dan ini baru satu-satunya di Indonesia," tambah Maril.

Baca juga: Asri Welas nilai NTB bisa jadi "trendsetter" busana sopan Indonesia

Dengan adanya sertifikasi dari LSP Tenun Indonesia, CTI juga berharap Indonesia bisa mempunyai data perajin tenun di Indonesia secara digital.

Hasil tenun dari perajin yang sudah tersertifikasi juga dapat meningkatkan harga jual dari karyanya sehingga bisa meningkatkan taraf ekonomi para perajin di daerahnya.

Dengan begitu pelestarian tenun akan terus terjaga dan anak muda bisa mengenal tenun sebagai pakaian tradisional turun-temurun maupun yang bisa dipakai sehari-hari.

"Kalau yang dilestarikan hanya turun-temurun saja jaraknya jauh, jarang sekali mereka yang mau mencintai karena terlalu kompleks, mereka maunya sederhana itu tidak apa-apa dengan tetap pakai tenun tradisional di daerah sekitarnya," ungkap Maril.

Baca juga: Lahirkan "kehidupan" melalui koleksi terbaru Moeri dari Studio Jeje

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023