JAKARTA (ANTARA) - Pengurus Ikatan Besar Dokter Indonesia (PB IDI) mendorong edukasi yang lebih luas tentang cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini terkait dengan infeksi cacar monyet atau monkey pox.

"Banyak masyarakat yang belum terinformasi dengan baik mengenai monkey pox, diperlukan penyebaran edukasi secara luas kepada masyarakat umum tentang infeksi ini, terutama cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini," kata Ketua Satgas Monkeypox PB IDI Hanny Nilasari di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan penularan cacar monyet saat ini masih didominasi melalui kontak seksual.

Untuk itu, ia juga menyarankan masyarakat menghindari orang yang terinfeksi cacar monyet dengan tidak melakukan kontak fisik, seperti tidak menggunakan barang bersama misalnya handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur, alat mandi dan perlengkapan tidur seperti sprei, dan bantal.

"90 persen penularan melalui kontak erat dan terutama kontak seksual. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga monkey pox," kata dia.

Gejala cacar monyet biasanya diawali nyeri kepala kemudian diikuti demam lebih dari 38 derajat Celisus dan nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, diikuti munculnya ruam setelah satu atau tiga hari.

Baca juga: Kemenkes temukan 34 kasus positif cacar monyet sejak 13 Oktober 2023

Penampakan ruam berupa ruam merah yang jumlahnya sedikit, tersebar secara regional artinya misalnya di area lengan, kemudian ada di area genital, tungkai dan lainnya.

Gejala ini berbeda dengan cacar air yang biasanya ditandai demam hingga 39 derajat Celsius, lalu ruam yang muncul dalam satu waktu bisa banyak manifestasi, yaitu bisa berupa kemerahan, bintil, lenting, dan ini ada di berbagai fase.

Adapun ruam pada cacar air umumnya diikuti oleh rasa subjektif gatal. Angka kematian akibat penyakit ini jarang, terutama pada anak-anak.

Hanny mengatakan untuk populasi risiko tinggi misalnya memiliki multipartner dan kondisi imunokompromais seperti autoimun dan penyakit kronis lainnya sedapat mungkin hindari perilaku yang berisiko. Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman menggunakan kondom serta melakukan vaksinasi.

Untuk pemeriksaan kasus terduga cacar monyet perlu dilakukan pemeriksaan awal berupa wawancara tentang perkembangan penyakit, pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap, serta pemeriksaan tes usap, yakni pemeriksaan laboratorium khusus dengan mengambil cairan dari lenting, keropeng, dan kelainan kulit.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, saat ini terdapat 35 kasus cacar monyet di Indonesia. Dari jumlah itu, 29 kasus berada di DKI Jakarta, lima kasus di Jawa Barat, dan satu kasus di Banten.

Baca juga: Kelainan kulit bukan diduga alergi harus curiga cacar monyet
Baca juga: IDI: Cacar monyet tak perlu terlalu ditakuti 
Baca juga: Dinkes DKI pastikan fasilitas kesehatan siap tangani cacar monyet

Pewarta: Erlangga Bregas Prakoso
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023