Solo (ANTARA) - Masyarakat Klaten, Jawa Tengah yang tergabung dalam komunitas Pusur Institute berhasil menyulap Sungai Pusur menjadi kawasan wisata tubing.

Sekjen Pusur Institute Muslim di Klaten, Jawa Tengah, Rabu mengatakan awalnya sungai tersebut tidak pernah tersentuh oleh manusia, hingga kemudian para pemuda mulai membersihkan aliran sungai dari berbagai sampah.

"Awalnya kegiatan ini diinisiasi oleh AQUA Klaten. Di sini masyarakat desa juga diedukasi untuk tidak membuang sampah di sungai serta menyediakan kotakan sebagai tempat pembuangan sampah," katanya.

Selanjutnya, oleh masyarakat Desa Jragan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, kawasan hilir sungai dimanfaatkan untuk area tubing.

"Awal ya nggak sengaja, akhirnya malah muncul inisiatif untuk membentuk area tubing di Sungai Pusur atau disebut dengan RTPA atau River Tubing Pusur Adventure," katanya.

Melihat kesuksesan RTPA yang merupakan penggagas pertama area tubing di sepanjang aliran Sungai Pusur, kemudian masyarakat di sekitar lintas tubing melakukan hal serupa.

"Karena ada wisata itu, saya kira gotong-royong untuk membersihkan sungai itu juga sudah menjadi kebiasaan masyarakat, jadi bukan karena event. Karena kalau seumpama arusnya tidak tertata otomatis wisatawan akan tidak nyaman untuk tubing di situ. Oleh karena itu, ketika ada sampah, jalur yang terbawa arus itu harus ditata lagi. Bersih-bersih sungai itu biasanya dilakukan warga setiap hari Jumat," katanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, saat ini sudah ada beberapa operator yang mengelola wisata river tubing di Sungai Pusur di Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, salah satu operator adalah New Rivermoon. Selain menyediakan river tubing, New Rivermoon dikonsep restoran bernuansa alam yang berlokasi di Dukuh Pusur, Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.

Pengelola New Rivermoon Sukoyo mengatakan pengelola menyediakan dua pilihan river tubing, yakni jarak pendek 400 meter finish di Desa Karanglo. Untuk harga tiket rute ini Rp20.000/orang. Sedangkan jarak panjang 1,5 km cukup membayar Rp50.000 finish di Desa Wangen.

"Kalau yang jarak panjang ini pulangnya dijemput pick up. Kalau yang jarak pendek tidak dijemput," katanya.

Terkait hal itu, Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten Rama Zakaria mengatakan perusahaan cukup aktif di Pusur Institute untuk mendorong agar wadah ini bisa menjadi living library yang bisa dijadikan acuan pembelajaran untuk semua elemen pemanfaatan air.

"Baik itu perusahaan, pemerintah, petani, kelembagaan desa maupun masyarakat luas," katanya.

Sedangkan wisatawan yang datang, menurut dia selain menggerakkan perekonomian lokal, mereka juga secara tidak langsung menjadi pemerhati dan indikator nyaman atau tidaknya Sungai Pusur untuk dinikmati sebagai wahana wisata juga edukasi lingkungan.

Baca juga: Pasien COVID-19 jalani isolasi di tempat wisata alam Tubing Garut
Baca juga: Seraya wisata di kota para bidadari, Thailand
Baca juga: Perlindungan lingkungan dan wisata desa dorong vitalitas desa China

 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023