Kawasan Anggeraja ini adalah penghasil bawang merah sebagai salah satu komoditas unggulan kita di Sulsel
Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan siap membantu penyediaan sumur bor untuk petani di Kabupaten Enrekang yang mengalami penurunan produksi akibat kemarau panjang dampak  fenomena El Nino.

"Khusus untuk di sini masyarakat membutuhkan sumur bor, ini memang hanya bagian yang harus kami diskusikan dengan teman-teman di provinsi," kata Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin dalam keterangannya di Makassar, Rabu.

Ia menjelaskan meski mengalami penurunan produksi namun terap disyukuri karena para petani masih bisa melakukan panen raya bawang merah di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

Kecamatan Anggeraja dikenal sebagai penghasil bawang merah. Saat ini, harga komoditas ini tidak menentu.

"Kawasan Anggeraja ini adalah penghasil bawang merah sebagai salah satu komoditas unggulan kita di Sulsel," katanya.

Ia sengaja hadir untuk memberikan motivasi kepada para petani di Kabupaten Enrekang. Apalagi, dengan kondisi kemarau panjang, produksi bawang merah agak berkurang.

Baca juga: Pemprov Sulsel geliatkan pariwisata Kabupaten Enrekang

Baca juga: Pemkab Enrekang gunakan dana pinjaman PEN untuk bangun infrastruktur


"Saya diskusi tadi dengan petani, per kg yang ditanam dia harus mengeluarkan biaya Rp13.000. Jadi kalau kecil bawangnya maka kecil pendapatannya. Salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan, airnya harus tercukupi," ujarnya.

Menurut dia, Enrekang hanya dapat tiga, dari 65 sumur bor yang dikerjasamakan dengan TNI. Ini  tidak cukup sementara kebutuhannya banyak.

"Semoga di tahun 2024, kita bisa adakan (sumur bor) di kawasan ini," ujarnya.

Ia mengungkapkan lahan pertanian di Kabupaten Enrekang saat ini 15 ribu hektare. Ada 500 hektare di antaranya yang bisa digunakan untuk budidaya pisang cavendish.

"Ini sedang kami diskusikan dengan Pak Bupati dan Kadis Pertanian. Supaya tidak pakai lama dan masyarakat ada komoditas alternatif. Cabai tetap lanjut, tomat, sayur-sayuran dan komoditas andalan bawang merah tetap dilanjutkan. Khusus pisang cavendish, kita pastikan semua mulai dari harga, baik pembeli lokal maupun mancanegara," jelasnya.

Sementara itu, Kelompok Mitra Champion Bawang Merah, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kasmidi menjelaskan saat ini para petani masih bergantung dengan air dari sungai yang ditarik menggunakan mesin pompa.

Sementara, kebutuhan air untuk bawang merah sangat banyak. Untuk saat ini para petani hanya bisa memenuhi air tiga hari sekali siram. Padahal, biasanya setiap hari.

"Kalau cuaca mendukung dengan bibit 500 kg bisa menghasilkan sampai 7 ton. Kalau kondisi sekarang karena El Nino hasilnya kurang. Dari 500 kg paling nanti hasilnya 4 ton saja," ungkap Kasmidi.

Baca juga: Gubernur Sulsel panen raya bersama petani di tengah El Nino

Baca juga: Gubernur Sulsel bareng petani tanam mandiri benih padi di Maros

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023