Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail mengatakan Kementerian terbuka soal diskusi penambahan spektrum frekuensi untuk menambah pertumbuhan implementasi Internet of Things (IoT) di Indonesia.

"Memang diperlukan diskusi agar IoT ini bertumbuh, mari diskusikan barangkali ada kebutuhan spektrum yang baru untuk IoT ini. Tapi, kasih kami angka dan data bahwa memang benar-benar dibutuhkan spektrum frekuensi yang baru untuk itu (pertumbuhan implementasi IoT)," kata Ismail di Jakarta, Kamis.

Saat dikonfirmasi lebih lanjut, Ismail mengatakan memang saat ini Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI) belum meminta penambahan spektrum frekuensi untuk meningkatkan implementasi IoT di Indonesia. Namun, apabila memang diperlukan, Kementerian Kominfo siap untuk menindaklanjuti diskusi tersebut agar solusi digital IoT, khususnya yang merupakan hasil pelaku industri lokal, bisa lebih bertumbuh di negeri sendiri.

Baca juga: Pelaku industri lokal diminta fokus hadirkan solusi nyata dari IoT

Menurut Ismail ada beberapa kandidat spektrum frekuensi yang bisa dialokasikan penggunaannya untuk IoT apabila benar-benar dibutuhkan untuk penggunaan yang lebih masif lagi. Dia memperkirakan beberapa spektrum frekuensi yang dapat digunakan berada di antara low band (lapisan bawah) atau middle band (lapisan tengah).

Ketua Umum ASIOTI Teguh Prasetya ikut menambahkan bahwa untuk saat ini kebutuhan industri IoT di Indonesia terbilang masih cukup terpenuhi dengan kehadiran beberapa spektrum frekuensi seperti 920 MHz, 923 MHz, 433 MHz dan 2.4 GHz.

Meski begitu, Teguh mengatakan memang masih ada potensi penambahan spektrum frekuensi yang bisa digali untuk pemanfaatan IoT yang lebih masif lagi khususnya dari golong low band atau spektrum frekuensi VHF (Very High Frequency) yang berada di rentang 0-300 MHz. Apabila spektrum frekuensi VHF bisa digarap, Teguh mengatakan besar kemungkinan solusi IoT bisa semakin dekat menjangkau lebih banyak masyarakat khususnya di daerah pesisir.

Menurut dia, saat ini jangkauan IoT untuk di daerah pesisir belum optimal sehingga apabila frekuensi VHF bisa dimanfaatkan maka IoT tidak hanya bisa digunakan di darat, tapi, juga di laut dan bahkan berpotensi meningkatkan produktivitas tidak hanya pelaku industri besar, tapi, hingga ke nelayan kecil.

"Kalau bisa mencari spektrum yang ada di bawah atau VHF. Hal itu memungkinkan jangkauan IoT bisa lebih jauh lagi kira-kira menjangkau 50-100 kilometer. Itu kurang lebih target kami," kata Teguh.

Baca juga: ISSS 2023 hadir tampilkan keunggulan industri IoT Indonesia

Baca juga: TKDN hadirkan sistem IoT keselamatan armada di STF 2022

Baca juga: Universitas Brawijaya kembangkan sistem IoT mitigasi bencana di Semeru

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023