Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi krisis global terkait dengan ketegangan di Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat memandang perlu memperkuat ketahanan ekonomi nasional untuk mengantisipasi tantangan global dengan cara mempertahankan keunggulan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi krisis global terkait dengan ketegangan di Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina yang berpotensi berdampak pada Indonesia," kata Rerie, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Rerie mengemukakan hal itu ketika membuka diskusi daring bertema Memperkuat Ketahanan Ekonomi Menghadapi Ancaman Resesi di Akhir 2023 oleh Forum Diskusi Denpasar 12 yang diisi oleh sejumlah narasumber lainnya.

Ditegaskan pula bahwa dampak krisis global dan perubahan iklim yang terus berlanjut harus diantisipasi dengan sejumlah kebijakan yang menunjang ketahanan ekonomi dalam negeri.

Sekalipun, kata Rerie, perekonomian Indonesia tumbuh 4,94 persen berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) di tengah prediksi melambatnya perekonomian global, perubahan iklim, dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan.

Hal itu, lanjut dia, harus diimbangi dengan kewaspadaan, apalagi terjadi kenaikan suku bunga, kenaikan harga minyak, pelemahan nilai rupiah, dan penurunan devisa dalam sebulan terakhir.

"Bagaimana kita memperkuat sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang kita miliki sebagai persiapan menghadapi tantangan tersebut," ucap Rerie.

Baca juga: MPR: Semangat Ratu Kalinyamat bisa jadi inspirasi bagi wanita RI
Baca juga: MPR: Proses pembelajaran harus didasari kebutuhan peserta didik


Sementara itu, anggota Komisi XI DPR RI Fauzi H. Amro mengatakan bahwa indikator ekonomi yang ada saat ini Indonesia belum masuk pada resesi karena pertumbuhan ekonomi masih sesuai dengan asumsi makro.

Meski demikian, Fauzi mengakui adanya tanda-tanda kenaikan harga minyak mentah dunia dan melemahnya nilai tukar rupiah saat ini di tengah pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

Dalam waktu 1,5 bulan terakhir ini, dia berharap Indonesia mampu menghadapi dampak gejolak perekonomian global yang berpotensi menimbulkan resesi.

Menurut dia, Pemerintah perlu memperkuat ketahanan perekonomian nasional sebagai upaya mencegah resesi, salah satunya dengan menghindari potensi konflik pada tahun politik.

"Langkah yang tidak kalah penting, Pemerintah harus memperkuat ekonomi mikro dengan memperkuat jaringan UMKM yang ada dan mempermudah akses permodalan dalam upaya mendukung penguatan fundamental ekonomi dalam menghadapi krisis," kata dia.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Prof. Wiwiek Rabiatul Adawiyah berpendapat bahwa secara garis besar terdapat indikasi menuju resesi karena perekonomian nasional sangat terkait dengan dampak kebijakan perekonomian sejumlah negara mitra dagang.

"Potensi resesi harus diwaspadai karena dampaknya luar biasa terhadap ketersediaan lapangan kerja, investasi, dan kebijakan ekonomi dalam negeri," katanya.

Wiwiek mendorong kerja sama yang kuat antara pemerintah dan swasta sehingga menghasilkan kebijakan yang komprehensif pada ekonomi makro dan mikro dengan mengembangkan potensi lokal setiap daerah.

"Perlu dikembangkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, akademisi, dan kalangan bisnis dalam penguatan sektor ekonomi mikro," kata dia.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023