Jakarta (ANTARA) - Masyarakat diminta untuk lebih waspada terhadap ancaman serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang berpotensi besar terjadi pada musim hujan, kata Dokter Ahli Infeksi dan Penyakit Tropis Anak RSCM Jakarta Ari Prayitno.

“Meskipun sekarang demam dengue sering terjadi pada musim kemarau, namun penyakit itu berpotensi lebih besar terjadi saat musim hujan,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan secara umum akan terjadi pada bulan November 2023, namun tidak secara serentak di seluruh wilayah. Sementara periode puncak musim hujan diprediksi terjadi di Januari dan Februari 2024.

Ia mengatakan masyarakat perlu mempersiapkan diri melakukan sejumlah langkah pencegahan demam berdarah dengue.

Baca juga: Tiga penderita DBD di Lebak meninggal dunia 

Baca juga: Kemenkes tebar jentik nyamuk Wolbachia di lima kota sepanjang 2023

Menurutnya, terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan, yakni virus dengue sendiri, kemudian media penularan yakni nyamuk, serta orang yang ditulari, yakni manusia.

“Terkait virus dengue pencegahan terbaik dapat dilakukan dengan metode biologis yakni menanamkan bakteri ke dalam nyamuk tertentu yang disebut Wolbachia,” ujarnya.

Sementara pencegahan terhadap pertumbuhan nyamuk, kata dia, bisa dilakukan dengan menerapkan 3M Plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas, serta melakukan fogging atau pengasapan.

“Kalau nyamuk sebagai vektor bisa dicegah pertumbuhannya, bisa dibunuh dengan di-fogging, maka fungsi nyamuk dalam mengantarkan virusnya tidak bisa terjadi, artinya orang sehat tidak akan terancam terkena infeksi dengue,” ucapnya.

Adapun upaya pencegahan terhadap manusia, ujarnya, bisa dilakukan dengan vaksinasi virus dengue guna memberikan kekebalan dan antibodi terhadap serangan virus.

“Seseorang yang divaksinasi maka akan membentuk kekebalan, jadi waktu dia terinfeksi virus melalui gigitan nyamuk sudah punya zat antibodi, sehingga tidak akan sakit atau kalau sakit, maka sakitnya akan ringan,” kata Ari.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Selasa (7/11), mengatakan pemerintah telah menebar jentik nyamuk berbakteri Wolbachia di lima kota endemis dengue di Indonesia sepanjang 2023, guna menurunkan kasus DBD, yakni Semarang, Bontang, Kupang, Jakarta Barat, dan Bandung.

Dia menjelaskan, program ini merupakan metode baru yang diterapkan di dunia, dengan mengawinkan nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk yang sudah diberikan bakteri Wolbachia, yang dapat menghilangkan kemampuan penularan virus DBD.

Kemenkes mendata, kasus DBD di Indonesia terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi, dengan angka kesakitan (incidence rate) 26,04 persen per 100.000 penduduk, dan angka kematian (case fatality rate) 0,7 persen per 100.000 penduduk pada 2023 ini.*

Baca juga: Pemprov Babel kaji pemberlakuan vaksinasi DBD

Baca juga: Terapkan 3M dan tingkatkan daya tahan tubuh untuk cegah DBD


Pewarta: Cahya Sari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023