Saya sangat senang tapi harus tetap fokus untuk menggapai tujuan saya untuk menang.
Jakarta (ANTARA) - Malam itu, waktu 5,35 detik terasa begitu menegangkan bagi para penonton yang memadati arena final IFSC Asian Qualifier 2023 di Lot 11 Gelora Bung Karno Jakarta.

Jajaran kursi penonton pun dengan cepat kehilangan mereka yang mendudukinya, sesaat setelah mereka berdiri, mengepalkan tangan, dan menyoraki nama “Adi! Adi!” — panggilan pemanjat tebing nomor speed putra Indonesia, Rahmad Adi Mulyono, yang membukukan waktu tersebut atas rival sekaligus rekan satu negaranya, Kiromal Katibin, dalam babak penentuan satu kuota menuju Olimpiade 2024 Paris.

Adi, atlet berusia 23 tahun asal Surabaya, Jawa Timur, itu, terlihat bahagia setelah merebut tiket menuju Paris. Ia tak menangis, tapi terdapat air mata yang tidak dapat ia sembunyikan saat ia tersenyum dan melambaikan tangannya ke para penonton.

Rasa lega sekaligus tidak percaya juga terlihat dari wajahnya. Rahmad Adi Mulyono, meraih tiket yang akan mengantarkannya menuju impian terbesarnya bersaing di panggung olahraga terbesar di dunia.
 

Impian besar pada masa kecil

Rahmad Adi sendiri mulai tertarik menggeluti olahraga panjat tebing saat berusia 13 tahun. Dengan semangat berkobar, ia terus menempa dan mengembangkan diri serta aktif mengikuti berbagai kejuaraan.

Bakatnya pun mulai terendus ketika mengikuti Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Jawa Timur di Lamongan pada 2019 saat dirinya memenangi medali emas.

Sejak saat itu, Adi kerap dipanggil untuk mengikuti pelatihan yang lebih intensif lagi di Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) dan melebarkan sayapnya untuk berkompetisi lebih jauh lagi, di tingkat dunia.

Meski kini ia merupakan atlet putra untuk nomor speed, Rahmad Adi ternyata pernah menjajal nomor lead saat ia berkompetisi di tingkat junior, yakni di Asian Youth Championship 2018 di Chongqing, China. Menurut data dari Federasi Internasional Panjat Tebing (IFSC), ia finis di posisi ke-15 pada ajang tersebut. Pada ajang yang sama, ia juga melakoni nomor speed dan terbukti finis lebih baik dengan posisi kesembilan.

Naik ke kelas senior, atlet kelahiran 31 Oktober 2000 itu kemudian melesat begitu cepat dengan meraih medali perunggu pada Piala Dunia (World Cup) di Seoul, Korea Selatan, pada tahun 2022. Pun di kejuaraan-kejuaraan bergengsi lainnya pasa tahun itu, Rahmad Adi tampil kompetitif meskipun sempat ada dinamika terkait pencapaiannya.

Ada yang bilang kalau balas dendam paling manis adalah melalui prestasi. Hal itu dibuktikan Rahmad Adi pada tahun berikutnya, yang mungkin bisa dikatakan sebagai salah satu tahun terbaiknya.

Ia merupakan juara Piala Dunia IFSC di Chamonix, Prancis, pada Juli 2023. Ia menang atas wakil Kazakhstan, Rishat Khaibullin, dengan catatan waktu 5,01 detik, sementara sang lawan hanya terpaut 0,04 detik saja darinya.

Rahmad Adi lalu kembali bertemu dengan Khaibullin pada perebutan medali perunggu Kejuaraan Dunia Panjat Tebing IFSC di Bern, Swiss, Agustus 2023. Kemenangan pun berhasil ia raih di babak small final tersebut dengan catatan waktu 5,05 detik, sementara lawan finis dengan catatan waktu 7,34 detik.

Tak berhenti sampai di sana, Rahmad Adi yang masuk dalam tim nasional speed putra juga meraih medali perak pada nomor pertandingan estafet speed putra (men’s speed relay) di ajang Asian Games 2022 Hangzhou, Oktober 2023.

 

Atlet panjat tebing Indonesia Rahmad Adi Mulyono (kanan) beradu kecepatan dengan atlet Korea Selatan Seungbeom Lee (kiri) saat babak kualifikasi kategori Speed IFSC Asian Qualifier Jakarta 2023 di Arena Panjat Tebing GBK, Jakarta, Minggu (12/11/2023). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww
Fokus menuju Olimpiade

Berkaca dari semua pengalamannya hingga akhirnya merebut tiket satu-satunya untuk climber Asia menuju Paris, Rahmad Adi mengaku cukup emosional dan senang.

“Saya sangat senang karena semuanya (pengalaman) bisa mengantarkan saya hingga ke titik ini. Semoga saya bisa tampil lebih bagus lagi di Olimpiade Paris,” ungkap Rahmad Adi.

Kemenangan pada hari Minggu kedua bulan November ini pun menjadi rentetan kenangan manis untuk Rahmad Adi, karena bisa merengkuh impiannya lebih dekat di hadapan publik sendiri, di hadapan ibunda yang menyaksikan langsung perjuangannya.

“Beban pasti ada, tapi saya lebih nothing to lose aja, lebih bebas, kayak dansa saja, yang penting tetap fokus,” ujar dia.

Dengan gaya rambut mullet yang begitu kontras dengan binar matanya, ia memastikan akan terus fokus untuk menggapai impian terbesarnya sejak dirinya berada di bangku sekolah dasar (SD).

Olimpiade sudah di depan mata, persiapan yang matang dan konsistensi harus dijaga hingga laga terpenting di hidupnya itu tiba.

“Saya sangat senang tapi harus tetap fokus untuk menggapai tujuan saya untuk menang,” kata Rahmad Adi.

Melihat Rahmad Adi menaklukkan banyak dinding di berbagai ajang bergengsi, menjadi pengingat dan pemecut motivasi bagi banyak orang, terutama para pemanjat muda yang ikut hadir menyaksikan final IFSC Asian Qualifier 2023.

Sebuah pengingat bahwa determinasi dan keberanian adalah bahan bakar untuk terus memacu diri demi meraih impian besar yang telah tersimpan selama bertahun-tahun.

Sebuah pengingat bahwa tidak ada salahnya kita untuk bermimpi setinggi tebing.

Sebuah pengingat bahwa impian, memang bisa menjadi kenyataan.









 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023