Wajarlah Singapura terlalu ribut masalah kabut asap ini dan satu sisi perlu diperhatikan juga karena dampaknya sangat besar pada pariwisata."
Batam (ANTARA News) - Pengelola kawasan wisata yang berada di perairan wilayah Kepulauan Riau mengakui kelabakan menghadapi serbuan kabut asap yang hingga kini masih menutupi wilayah provinsi itu.

"Turis kami banyak yang komplain, bahkan ada yang membatalkan kedatangannya. Ada juga yang langsung angkat koper meninggalkan kami, akibat serbuan kabut asap," ujar Alex pengelola Telunas Beach Resort kepada Antara, di Pulau Bulang, Selasa.

Telunas Beach Resort merupakan kawasan wisata di Pulau Sugi, Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi wisata yang menyajikan kehidupan natural di pulau tropis ini terkena imbas memburuknya kondisi cuaca karena berkabut asap.

Menurut Alex, kondisi kabut asap paling rawan terjadi dalam pekan lalu padahal turis yang berasal dari berbagai negara di resort-nya sedang ramai karena bersamaan dengan musim libur.

"Turis yang berencana mau datang ada yang menunda kedatangan mereka dan bertanya kapan udara cerah kembali dari kabut asap," katanya.

Kondisi yang menyedihkan, lanjut dia, ada juga turis yang langsung angkat koper begitu mereka tiba di resort saat kualitas udara memburuk. Para turis tersebut takut menghadapi udara berkabut asap.

Telunas Beach Resort di Pulau Sugi merupakan suatu kawasan wisata alami dengan bangunan rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu di atas laut. Rumah panggung tersebut umumnya model terbuka yang mengandalkan udara laut sebagai pendingin.

"Rumah-rumah panggung sebagai tempat tinggal para turis ini merupakan sarana akomodasi yang alami. Saat kabut asap, udara ruangan juga ikut tercemar. Para turis kami terpaksa pakai masker bahkan ada yang minta pulang cepat karena takut," kata Alex.

Ia mengaku telah berusaha menenangkan para pelancong asing itu bahwa kabut asap yang berasal dari pembakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera tidak hanya terjadi di kawasan resort tapi juga Singapura dan Malaysia.

Namun, pihaknya juga tidak dapat memberikan kepastian kapan sebaran kabut asap berakhir dan berapa angka kualitas udara yang sehat untuk dihirup.

"Kami kewalahan saat turis komplain berapa angka PSI (Pollutant Standards Index) udara yang mereka hirup karena kami tidak mendapat rujukan data resmi. Bahkan selama kabut asap berlangsung hingga kini tidak tahu berapa PSI yang terjadi di daerah kami," katanya.

Ia mengaku berpedoman pada PSI yang dilansir pemerintah Singapura karena lokasi Pulau Sugi tidak terlalu jauh dari negara pulau tersebut dan Batam.

"Wajarlah Singapura terlalu ribut masalah kabut asap ini dan satu sisi perlu diperhatikan juga karena dampaknya sangat besar pada pariwisata," ujar Alex. (E010/T007)

Pewarta: Evy R. Syamsir
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013