Digitalisasi bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan bagi UMKM untuk bersaing dan berkembang dalam ekonomi yang berkembang pesat saat ini
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mengapresiasi langkah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merilis indeks digitalisasi UMKM melalui Lembaga Riset BRI, yang dinilai bisa menjadi tolak ukur pengembangan UMKM di Indonesia.

"Publikasi hasil penelitian Indeks Digitalisasi UMKM dan pembukaan Program Pemberdayaan Akselerasi Digital untuk Pelaku Usaha Perempuan merupakan dua langkah penting ke depan dalam mendukung dan memberdayakan UMKM di Indonesia," kata Staf Khusus Menteri Koperasi Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM Fiki Satari di Jakarta, Selasa.

Fiki menyampaikan dengan jumlah UMKM di Indonesia, digitalisasi diperlukan untuk mengakomodasi permintaan pasar. Untuk itu, digitalisasi sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan demi mendukung pertumbuhan UMKM.

Menurutnya, digitalisasi bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan bagi UMKM untuk bersaing dan berkembang dalam ekonomi yang berkembang pesat saat ini.

Intervensi digitalisasi tersebut tidak hanya dari sisi hilir terkait dengan on boarding di marketplace saja, tapi juga di sisi hulu dengan adopsi teknologi seperti penggunaan artificial intellegence (AI).

"Sehingga, ini bisa menciptakan ekonomi baru karena digital hadir bukan membunuh ekonomi lama," ucapnya.

Hasil temuan riset survei BRI dan BRI Research Institute pada kuartal I 2023 menunjukkan debitur yang sudah melakukan penjualan secara online sebanyak 56,3 persen yang menyatakan volume penjualannya meningkat.

Kemudian, sebanyak 52 persen menyatakan omzet usaha meningkat, serta sebesar 51,6 persen menyatakan keuntungan usaha meningkat.

Indeks Digitalisasi UMKM itu, sebut Fiki, menunjukkan telah ada kemajuan signifikan dalam adopsi digital di kalangan UMKM di Indonesia. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

"Kita perlu memastikan bahwa semua UMKM, terlepas dari ukuran, jender, lokasi, memiliki akses ke infrastruktur, pelatihan, dan dukungan yang diperlukan untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi digital," tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyatakan pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan PDB. Di mana pengembangan UMKM merupakan salah satu cara dalam mengentaskan kemiskinan.

"Untuk itu, peran masyarakat, termasuk pelaku usaha ultra mikro untuk terus semakin berdaya. Mengambil peran meningkatkan social value di dalam negeri," katanya.

Supari mengatakan pada 2035, penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 365 juta dengan sekitar 50 persennya adalah perempuan.

Sementara, postur UMKM juga bertambah, jika saat ini mencapai 64 juta UMKM, maka diproyeksikan bertambah menjadi 83 juta pada 2035.

"Namun, posturnya tak berubah, tetap didominasi oleh ultramikro yang melakukan usahanya demi mencukupi kehidupan sehari-hari. Maka, jika dua postur tersebut yakni dominasi perempuan dan ultramikro tak diatasi dengan membentuk peta jalan model pemberdayaan, maka hal tersebut menjadi rentan dan berpotensi menjadi beban di masa akan datang," ucapnya.

Baca juga: Kemenkop UKM bahas penguatan digitalisasi koperasi pertanian di ASEAN
Baca juga: Kemenkop UKM targetkan 30 juta pelaku UMKM terdigitalisasi di 2024
Baca juga: Kemenkop: Pahlawan Digital UMKM berperan konkret percepat digitalisasi


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023