Doha (ANTARA News) - Emir baru Qatar membentuk pemerintah dengan tidak menyertakan Perdana Menteri berpengaruh Sheikh Hamad bin Jassem al-Thani, dan menggantikannya dengan menteri negara urusan internal.

Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa al-Thani ditunjuk sebagai perdana menteri merangkap menteri dalam negeri, demikian isi pernyataan, seperti yang dikutip AFP.

Menteri Negara Urusan Luar Negeri Khaled al-Attiyah, dipromosikan menjadi menteri luar negeri, sebuah pos Hamad yang diemban selama selama 21 tahun.

Mohammed al-Sada dipertahankan untuk jabatan menteri energi, posisi kunci di negara kaya gas emirat Teluk, kata kantor berita resmi QNA.

Direktur jaringan televisi berpengaruh Al-Jazeera, Ahmed Bin Jassim al-Thani, diangkat menjadi menteri ekonomi dan perdagangan.

Sheikh Ahmed, seorang anggota keluarga yang berkuasa, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Kepala Al-Jazeera, sebuah pos yang telah ia jabat selama dua tahun, dalam sebuah pernyataan hanya beberapa menit sebelum kabinet baru diumumkan.

Pemerintah baru diumumkan setelah emir baru, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, 33 tahun, mengambil alih kekuasaan setelah pelepasan ayahnya pada Selasa.

Dalam pidato pertamanya kepada bangsanya, Sheikh Tamim mengatakan negaranya berusaha menjalin hubungan dengan "semua pemerintah" dan tidak memihak, dalam pidato mendamaikan dan menjauhi perang sipil Suriah.

Ayahnya, bekerja sama dengan mantan perdana menteri berpengaruh, telah berkampanye dalam mendukung pemberontak yang sebagian besar terdiri Sunni Suriah.

Dalam pidatonya Rabu, Sheikh Tamim mengatakan negaranya "menolak perpecahan di dalam masyarakat Arab berdasarkan garis sektarian," mengacu pada ketegangan Sunni-Syiah di kawasan itu.

Sheikh Hamad bin Jassem telah memelopori kebijakan dinamis yang kukuh atas pemberontakan Musim Semi Arab yang didukung, terutama di Libya dan Suriah, yang memicu kontroversi serta menciptakan musuh-musuh dan sekutu di seluruh dunia.

Dia menjadikan Qatar tampil sebagai negara kelas berat regional, menjadi penyelenggara pertemuan-pertemuan utama, pada saat negara kecil yang kaya gas itu diuntungkan dari peran penurunan kekuatan pemain tradisional seperti Arab Saudi dan Mesir.


Penerjemah: Askan Krisna

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013