Singapura (ANTARA) - Dunia kehilangan lahan produktif hampir seluas satu juta kilometer persegi per tahun akibat badai pasir dan debu yang diperparah oleh aktivitas manusia, kata badan PBB untuk memerangi perubahan lahan menjadi gurun pada Rabu.

Konvensi PBB untuk Memerangi Perubahan Lahan Menjadi Gurun (UNCCD) mengatakan diperkirakan dua miliar ton pasir dan debu memasuki atmosfer setiap tahunnya, mengamuk di sebagian besar Asia dan Afrika dan menyebabkan kerusakan ekonomis yang signifikan di seluruh dunia.

Dalam laporan yang dikeluarkan di pertemuan di Samarkand, Uzbekistan, untuk memantau kemajuan terbaru dalam membalikkan degradasi lahan, UNCCD mengatakan setidaknya seperempat dari badai itu dapat dikaitkan dengan aktivitas manusia, termasuk penambangan dan penggembalaan berlebihan.

Hilangnya lapisan tanah atas tidak hanya berdampak material terhadap suplai makanan di negara-negara paling rentan di dunia, tapi juga menyebabkan migrasi, menghambat navigasi dan menciptakan risiko keamanan, kata Ibrahim Thiaw, Sekretaris Eksekutif UNCCD, kepada Reuters.

"Masalah ini tidak hanya berdampak bagi individual. Ini mempengaruhi komunitas seluruhnya," ujarnya.

UNCCD menyerukan praktek manajemen lahan yang lebih baik untuk memperbaiki lahan rusak dan upaya lebih untuk memperbaiki sistem peringatan dini dan memacu ketahanan.

Upaya pendanaan untuk melawan perubahan lahan menjadi gersang dan degradasi juga merupakan tantangan besar, kata Thiaw, menyebut bahwa hanya ada dana sebesar 15 miliar dolar AS (Rp232,7 triliun) pada 2016-2019 untuk mengatasi masalah di 126 negara.

Ia mengatakan insentif baru dan dukungan pendanaan publik dibutuhkan untuk menyediakan insentif bagi sektor swasta untuk memelihara lahan yang digunakan.

Thiaw mencontohkan China sebagai salah satu kisah sukses dalam memerangi perubahan lahan menjadi gurun dan mengontrol debu, dengan restorasi lahan jangka panjang dan program penghijauan untuk membantu mengurangi badai pasir.

Namun China disebutnya tetap rentan terhadap pasir yang tertiup dari Mongolia di utara, di mana penggembalaan berlebihan dan penambangan besar-besaran menyebabkan lebih dari tiga perempat lahan rusak, menurut kajian PBB di 2021.

Dengan diskusi iklim COP28 semakin dekat, Thiaw mengatakan program berkesinambungan restorasi lahan sangat vital dalam perang melawan pemanasan global, dengan perubahan penggunaan lahan menjadi berkontribusi signifikan terhadap emisi.

"Kita sedang berada dalam lingkaran setan, di mana degradasi lahan memicu perubahan iklim dan perubahan iklim memperburuk hilangnya lahan di dunia," ujarnya.

Sumber: Reuters
Baca juga: 2,29 juta km wilayah China kena badai pasir, 409 juta warga terdampak
Baca juga: China sebut Mongolia sumber utama badai pasir parah tahun ini
Baca juga: Inovasi iptek China, ubah gurun pasir jadi lahan pertanian produktif

Penerjemah: Arie Novarina
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023