Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kesehatan jiwa RS UI dr. Danti Filiadini Sp. KJ mengatakan upaya untuk menurunkan depresi post partum atau depresi pasca melahirkan bisa dimulai sejak awal kehamilan agar tidak menjadi gangguan atau masalah kejiwaan lainnya.

“Ketika hamil ibunya penting sekali konsultasi proses kelahiran, persiapan menyusui, sehingga ibu-ibu hamil bisa terbayang nanti kira-kira proses yang akan dia jalani seperti apa,” ucap Danti dalam diskusi Kesehatan mengenai depresi pasca melahirkan bersama RS UI yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.​​​​​​

Danti mengatakan persiapan yang matang bagi ibu yang akan melahirkan bisa menjadi cara agar menurunkan depresi meskipun banyak faktor lainnya yang bisa memengaruhi ibu melahirkan.

Dengan konsultasi calon ibu baru akan lebih siap dan sudah mengetahui tantangan apa saja yang akan dihadapi selama proses melahirkan dan perawatan anaknya. Selain itu merencanakan proses melahirkan dan perawatan setelah melahirkan bersama dengan suami dan keluarga juga perlu dilakukan agar ketika sudah melahirkan lebih siap menjalani dan ada dukungan dari orang terdekat.

Baca juga: Penurunan hormon pasca melahirkan dapat menyebabkan post partum blues

Setelah melahirkan, ibu baru juga perlu memperhatikan kesehatan diri sendiri dengan cara beristirahat setiap ada kesempatan dan makan makanan bergizi seimbang.

“Menyempatkan diri berolahraga, meningkatkan aktivitas fisik atau bisa ikut aerobik atau olahraga di YouTube, menceritakan perasaan yang dialami dan menyaring komentar orang sekitar,” ucap Danti.

Danti juga mengingatkan untuk seorang ibu juga perlu menghargai diri sendiri atas apa yang sudah dilakukan selama proses kehamilan hingga persalinan sehingga akan merasa dirinya berharga.

Menurut dokter yang juga berpraktik di RS Eka Hospital Bekasi ini, faktor-faktor yang memengaruhi tingkat depresi ibu yang melahirkan bisa dimulai dari masa kehamilannya yang tergolong berat atau melalui proses persalinan yang darurat.

Selain itu depresi pasca melahirkan juga bisa bertambah apabila sebelum kehamilan atau melahirkan memang memiliki riwayat kondisi depresi atau kecemasan. 

“Seseorang menjadi lebih mudah mengalami depresi post partum dari aspek psikologisnya apakah memang sebelum hamil atau melahirkannya itu memang punya riwayat kondisi depresi atau kecemasan, ada pra menstruasi syndrome juga sikap negatif terhadap bayinya atau ada ketidakcocokan dengan jenis kelamin bayi,” katanya.

Baca juga: Siap secara psikologis bisa atasi kecemasan pada ibu pasca melahirkan

Aspek sosial juga berpengaruh pada risiko ibu melahirkan mengalami depresi karena kurangnya dukungan orang terdekat, keluarga yang jauh dan ada riwayat kekerasan dalam rumah tangga serta masalah finansial.

Riwayat merokok selama hamil, kebiasaan makan yang buruk dan kurangnya aktivitas, juga dikatakan Danti, menjadi aspek penting dari segi gaya hidup dalam terjadinya depresi post partum.

Selain itu, perubahan hormon setelah melahirkan juga menjadi salah satu faktor terjadinya depresi post partum karena hormon estrogen dan progesterone yang turun drastis erat kaitannya dengan neurotrasnmiter atau zat kimia di otak yang berhubungan dengan depresi atau kecemasan.

“Beberapa penelitian juga menyebutkan estrogen memiliki fungsi anti depresan jadi ketika estrogennya turun secara drastis itu juga bisa mengakibatkan kondisi mood seseorang ikut turun juga, kalau progesteron lebih banyak dikaitkan dengan zat kimia atau neurotransmitter otak yang memengaruhi kondisi kecemasan,” jelas Danti.

Untuk itu perlu ada dukungan penuh dari orang terdekat dan keluarga dalam menghadapi ibu yang mengalami depresi pasca persalinan dengan membantu merawat bayi, memastikan asupan gizi ibu, mendengar keluh kesah dan membantu ibu menghindari komentar negatif dari lingkungan sekitar.

Baca juga: Pentingnya perawatan terpadu pasca melahirkan

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023