Jakarta (ANTARA) - Mantan Duta Besar (Dubes) RI untuk Ukraina Yuddy Chrisnandi mengatakan dunia sedang menunggu aksi nyata Indonesia dalam menyelesaikan perang Palestina-Israel, karena Indonesia memiliki daya tawar besar di antara negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Negara-negara OKI, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab itu tak memiliki daya tawar sebesar Indonesia, dalam menyuarakan kepentingan umat Islam,” kata Yuddy dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Konflik Palestina-Israel: Peluang Penyelesaian", Jumat.

Sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya, Yuddy mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penganut Islam terbanyak di dunia. Menurutnya, apabila seluruh umat Islam di negara-negara Arab dikumpulkan menjadi satu, tetap belum bisa menyamai jumlah Muslim di Tanah Air.

Ia pun berpendapat sikap negara-negara Arab terkait Palestina masih kabur. Dengan kondisi tersebut, Yuddy menilai peran Indonesia dinantikan dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.

Adapun Indonesia merupakan salah satu negara yang diberi mandat oleh OKI untuk memulai tindakan atas nama OKI dan Liga Arab guna menghentikan perang di Gaza. Hal itu sebagaimana disepakati setelah KTT luar biasa di Riyadh, Sabtu (11/11).

Selain Indonesia, para pemimpin OKI juga memberi mandat kepada Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Turki, dan Nigeria untuk membantu memulai proses politik guna mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina.

Dalam diskusi daring tersebut, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti memandang konflik Palestina-Israel dari dimensi teologi dan politik.

Menurut dia, konflik tersebut disebabkan oleh klaim teologis kaum Zionis yang memandang tanah Palestina sebagai tanah nenek moyangnya, tetapi sisi dimensi politik juga kental di dalamnya.

Mu’ti mengatakan bahwa Muhammadiyah menilai solusi politik lebih cocok untuk menyelesaikan perang tersebut. Ia menyoroti solusi dua negara (two-state solution) sebagai solusi yang paling logis untuk mengakhiri perang Palestina-Israel.

Two-state solution atau solusi dua negara adalah solusi yang paling logis bagi penyelesaian konflik kedua bangsa karena memang menurut bangsa Israel juga punya hak tinggal di wilayah itu. Hanya saja, selama ini mereka melakukan okupasi terhadap tanah Palestina, yang dinilai sebagai penjajahan,” kata Mu’ti.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto menyatakan keprihatinan dan kemarahan mendalam melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza, Palestina. Ia menyayangkan serangan Israel yang mengorbankan bayi dan anak-anak.

"Karena itu, Moya Institute berinisiatif menggelar webinar ini untuk menganalisis perkembangan yang terjadi, membaca kemungkinan potensi penyelesaian, termasuk mengkaji kemungkinan langkah-langkah yang bisa diambil Indonesia untuk berperan lebih aktif dalam upaya menciptakan perdamaian antara Palestina-Israel," ujarnya.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2023