Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni 2013 sebesar 1,03 persen.

"Juni biasanya memang terjadi inflasi tinggi, tapi masih lebih rendah dibandingkan 2008," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin.

Menurut Suryamin, pada Juni 2008 laju inflasi tinggi, sebesar 2,46 persen, karena ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Mei 2008.

Sementara inflasi Juni 2009 tercatat 0,11 persen, pada 2010 sebesar 0,97 persen, tahun 2011 sebesar 0,55 persen dan tahun 2012 sebesar 0,62 persen.

"Pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi belum sepenuhnya terjadi pada Juni, tapi memang inflasi tinggi di atas satu persen," katanya.

Ia menambahkan, komponen inflasi umum menyumbang inflasi 1,03 persen diikuti inflasi inti 0,32 persen.

Sedangkan harga diatur pemerintah menyumbang inflasi tinggi 3,24 persen diikuti harga bergejolak 0,27 persen.

"Secara keseluruhan, komponen inti masih di bawah inflasi umum. Namun harga diatur pemerintah memang cukup tinggi, yang menandakan adanya peningkatan konsumsi masyarakat," katanya.

Sementara berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi tertinggi 3,8 persen diikuti bahan makanan yang menyumbang inflasi 1,17 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang inflasi 0,67 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mengalami inflasi 0,21 persen.

Kelompok kesehatan menyumbang inflasi 0,23 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,04 persen sementara kelompok sandang mengalami deflasi 0,29 persen.

Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-Juni 2013 mencapai 3,35 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) 5,9 persen. Sedangkan inflasi komponen inti Juni 0,32 persen dan inflasi (yoy) 3,98 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013