Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pentingnya meningkatkan kerja sama dan partisipasi semua pemangku kepentingan guna meningkatkan kesadaran terkait krisis iklim.

Saat menyampaikan pidatonya dalam pesan video pada Forum Global untuk Gerakan Iklim yang digelar di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Jumat (17/11), Retno mengatakan bahwa partisipasi seluruh pemangku kepentingan dalam agenda penanganan iklim sangat dibutuhkan, termasuk yang saat ini dilakukan oleh Muhammadiyah.

"Penting bagi kita bersama membangun kesadaran akan krisis iklim, memperkuat kerja sama internasional, dan memperkuat panduan etika dan moral untuk mewujudkan perilaku ramah lingkungan," kata dia, dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri yang diterima pada Sabtu.
Baca juga: Muhammadiyah dan Kemenlu inisiasi Forum Global untuk Gerakan Iklim

Muhammadiyah bersama Kementerian Luar Negeri dan didukung oleh Indonesian Foundation for Net Zero Emission (ViriyaENB) menginisiasi Forum Global untuk Gerakan Iklim yang mengangkat tema Promoting Green Culture, Innovation, and Cooperation di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 17-18 November.

Forum ini bertujuan mengeksplorasi dan berbagi nilai-nilai Islam sebagai sumber inspirasi untuk menumbuhkan apresiasi mendalam terhadap alam dan komitmen terhadap praktik berkelanjutan dalam komunitas global.

Forum Global untuk Gerakan Iklim menyediakan platform dinamis bagi beragam pemangku kepentingan untuk terlibat dalam dialog konstruktif, bertukar gagasan, dan membentuk secara kolaboratif untuk aksi iklim di masa depan.

Partisipasi Muhammadiyah dalam forum global ini menegaskan komitmennya untuk menyumbangkan perspektif Islam, berbagi pengalaman, dan belajar dari pihak lain, serta mendorong gerakan iklim yang lebih inklusif dan efektif, sebut rilis pers tersebut.
Baca juga: Dubes Inggris: Indonesia berpotensi jadi negara adidaya iklim

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan bahwa perubahan iklim merupakan permasalahan bersama yang dihadapi oleh seluruh umat manusia dan seluruh bangsa di dunia.

“Saat ini dunia sedang mengalami krisis ekosistem akibat perubahan iklim yang berdampak luas terhadap seluruh kehidupan di alam semesta," ujar Haedar.

“Oleh karena itu, diperlukan upaya dan gerakan bersama untuk mencari solusi strategis dan sistemik di tingkat global untuk menjamin masa depan keberadaan manusia dan lingkungan hidup," sambung dia.

Forum Global untuk Gerakan Iklim yang digelar pada momentum Milad ke-111 Muhammadiyah itu dihadiri 260 orang peserta dari perwakilan 13 negara sahabat, seperti Australia, Jepang, Kenya, Malaysia, Maroko, Belanda, Norwegia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, dan Vatikan.

Selain itu ada pula organisasi internasional, seperti badan PBB untuk program pembangunan (UNDP), Uni Eropa, Organisasi Berbasis Keyakinan di Indonesia, dan organisasi non-pemerintah terkait.

Baca juga: Jokowi: Langkah konkret dibutuhkan dalam hadapi dampak perubahan iklim
Baca juga: Kepala BMKG: 2023 tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim
Baca juga: Atasi perubahan iklim, China akan genjot kerja sama dengan ASEAN

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023