Prevalensi stunting di Kalimantan Tengah pada 2022 sebesar 26,9 persen, mengalami penurunan 0,5 persen dari 2021 sebesar 27,4 persen
Pangkalan Bun (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpang) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengoptimalkan pengembangan desa beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) untuk mengatasi stunting atau gangguan pertumbuhan.

Kepala Dishanpang Kalteng Riza Rahmadi di Pangkalan Bun, Minggu, mengatakan, progam pembinaan dan pengembangan B2SA pada 2023 salah satunya dilaksanakan di Desa Kumpai Batu Atas, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Baca juga: Pemkab Bangkalan tekan stunting melalui program "Sate Manis"

"Alasan kenapa kita memilih Desa Kumpai Batu Atas untuk pelaksanaan program ini, karena berdasarkan data yang dihimpun, di desa ini ada anak yang berisiko stunting," terangnya.

Hal itu dia sampaikan saat mengunjungi langsung Desa Kumpai Batu Atas, sekaligus berdiskusi dengan jajaran desa maupun tim penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (TP-PKK) agar pelaksanaan program B2SA semakin optimal.

Adapun di Desa Kumpai Batu Atas ini dikelola dan dikembangkan tempat teras pangan, gerai pangan maupun rumah pangan. Teras pangan ini berisikan bioflok ikan patin serta tanaman hidroponik.

"Kami harapkan hasil dari teras pangan ini dapat disampaikan ke rumah pangan," ucap Riza Rahmadi.

Kemudian gerai pangan, merupakan tempat untuk pemberian modal dalam membuka usaha, seperti pengadaan bahan-bahan sembako ataupun membeli hasil kelompok.

Baca juga: Trenggalek giatkan pemberian makanan tambahan untuk tekan stunting

"Seperti membeli hasil petani, misalnya produk olahan hasil pertanian, dan di sini siapapun boleh beli," ujarnya.

Sedangkan rumah pangan merupakan tempat untuk pengelolaan hasil dari teras pangan. Untuk pemberian makanan tambahan B2SA yakni diberikan kepada 40 orang selama 36 hari dan untuk makanan tambahan ini seperti beras, telur, minyak dan sayur itu dibeli di gerai pangan.

Lebih lanjut, Riza menyampaikan dari upaya yang dilakukan pihaknya dalam pemberian makanan tambahan kepada anak-anak berisiko stunting tersebut memberikan hasil positif.

"Alhamdulillah, dari upaya yang kita lakukan, hasil dari posyandu anak-anak yang berisiko stunting tersebut, mengalami kenaikan berat badan 100 gram, semoga dengan upaya yang dilakukan ini semakin membantu dalam mengatasi stunting di Kalimantan Tengah," demikian Riza Rahmadi.

Sementara itu, prevalensi stunting di Kalimantan Tengah pada 2022 sebesar 26,9 persen, mengalami penurunan 0,5 persen dari 2021 sebesar 27,4 persen.

Baca juga: BKKBN layani kebutuhan KB 5,6 juta pasangan usia subur di Jawa Tengah

Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Safitri RA
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023