Jakarta (ANTARA) -
Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah Bali, dr. Anak Agung Ayu Yuli Gayatri menyarankan masyarakat untuk memperbanyak mengkonsumsi vitamin D saat memasuki musim hujan.

Pasalnya, musim hujan identik dengan meningkatnya kerawanan penyakit, sedangkan vitamin D diketahui memiliki kemampuan untuk memperkuat imunitas melawan berbagai penyebab penyakit.
 
"Banyak penelitian yang membuktikan kalau vitamin D bisa melawan penyakit, baik berupa virus, bakteri, atau yang lainnya, karena bisa melakukan mekanisme pertahanan melalui pembentukan protein-protein tertentu," kata Yuli dalam siniar Kementerian Kesehatan yang diikuti di Jakarta, Senin.

Menurut Yuli Indonesia termasuk salah satu negara dengan penduduk yang paling banyak kekurangan vitamin D di dunia. Sehingga selain lebih banyak berolahraga di bawah sinar matahari, masyarakat juga perlu mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin D, karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
 
Ia memaparkan beberapa penyakit yang sering muncul di saat musim hujan, diantaranya influenza, demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
 
"Umumnya yang terjadi itu flu, ditularkan melalui percikan ludah atau dahak dari manusia ke manusia lainnya," katanya.

Baca juga: Dokter: Imunitas anak lebih rentan di musim hujan
Baca juga: Lima penyakit penyerta yang hadir saat musim hujan
Kemudian, DBD, yang penyebabnya juga virus, hanya saja penularannya melalui hewan perantara yakni nyamuk. Umumnya kasus DBD meningkat saat musim hujan, karena nyamuk lebih banyak berkembang biak di air yang tergenang, misalnya pada daun-daun, taman yang rimbun, atau wadah-wadah yang menampung air.
 
Ia menjelaskan, gejala awal DBD yakni demam yang bertahan dalam kurun waktu 2-7 hari, disertai dengan sakit kepala yang khas di belakang mata.
 
"Ada gejala lain juga yakni nyeri otot, mual, muntah, bahkan diare, dan nafsu makan menurun. Ini juga akan diikuti dengan penurunan trombosit, sehingga ada risiko komplikasi pendarahan spontan, atau misalnya pada perempuan, saat menstruasi jadi lebih banyak," paparnya.
 
Selanjutnya, diare akut, yang disebarkan melalui oral, misalnya dari kotoran manusia yang mengandung mikroba dan tersebar di air atau tanah, kemudian mengenai sayuran atau makanan yang tidak tercuci dengan bersih, dari alat-alat makan, atau dari tangan penyaji yang tidak dicuci dengan baik, juga bisa muncul dari lalat yang sebelumnya hinggap di kotoran.
 
Selain itu, lanjut dia, yakni leptospirosis, yang dapat ditularkan melalui air kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira, dan terpapar lewat makanan atau luka seseorang yang terbuka, atau melalui mukosa mulut, mata, hidung.
 
"Leptospirosis ini rawan muncul di daerah yang sering terjadi banjir, jadi air kencing tikus bisa ditularkan di genangan air itu. Gejalanya demam, nyeri otot lebih yang lebih menonjol, mata bisa merah, atau bisa sampai terjadi gangguan pada ginjal maupun liver," tuturnya.
 
Untuk menghindari penyakit-penyakit tersebut, ia menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh diri sendiri, antara lain dengan tidur cukup selama 7-8 jam atau mengonsumsi makanan yang kaya gizi dengan jumlah kalori yang cukup serta mengandung nutrisi protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
 
"Untuk faktor lingkungan, lakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) atau memberantas sarang nyamuk, di rumah sendiri juga usahakan tidak ada saluran air yang buntu, sampah yang berisiko menampung air, serta memberantas lalat dan tikus yang dapat menyebabkan leptospirosis," ujar Yuli.

Baca juga: Musim hujan, waspada penyakit leptospirosis
Baca juga: Kemenko PMK: Antisipasi berbagai penyakit saat musim hujan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023