Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Tjandra Yoga Aditama mengemukakan separuh penduduk dunia berisiko terjangkit dengue.

"Sekitar separuh penduduk dunia berisiko mendapat dengue, dengan perkiraan sampai 100--400 juta infeksi di dunia setiap tahunnya," kata Tjandra Yoga Aditama dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Menurut informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang terbit pada Maret 2023, kata Tjandra, dengue adalah infeksi virus DENV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada empat tipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengemukakan dengue memiliki gejala klinik bervariasi, mulai dari yang ringan, berat, sampai kematian.

WHO menyatakan bahwa insiden dengue meningkat secara dramatis dalam dekade terakhir di dunia, dari 505.430 kasus di tahun 2000 melonjak menjadi 5,2 juta pada tahun 2019, kata Tjandra menambahkan.

"Data lain berdasar modelling memperkirakan terjadinya 390 juta infeksi dengue per tahunnya di dunia, hanya sekitar 96 juta di antaranya yang bermanisfestasi secara klinik dengan jelas," katanya.

Baca juga: Musim hujan, masyarakat disarankan perbanyak konsumsi vitamin D

Baca juga: Gubernur Kalbar perintahkan kepsek basmi sarang nyamuk cegah DBD

Baca juga: Kemenkes pastikan Wolbachia efektif tekan kasus DBD hingga 77 persen


Tjandra yang juga mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan mengatakan cukup banyak kasus dengue yang tidak terdiagnosis dengan baik dan hanya disebut sebagai penyakit demam (febrile illnesses).

"Satu penelitian lain lagi bahkan menyebutkan bahwa ada sekitar 3,9 miliar penduduk dunia yang berisiko terinfeksi virus dengue. WHO menyatakan bahwa dengue tercatat sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di dunia," katanya.

Selain itu, WHO juga menyebutkan bahwa 70 persen kasus dengue di dunia terjadi di benua Asia, termasuk Indonesia sebagai salah satu dari 30 negara di dunia yang endemik tinggi dengue.

Berdasarkan laporan terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang terbit pada 10 September 2023, angka kasus dengue di Indonesia meningkat sekitar 25.000 per 100.000 penduduk di tahun 2012 menjadi 52.000 per 100.000 penduduk di tahun 2022.

Bahkan, kenaikan angka juga terjadi pada kasus kematian. Tercatat, di tahun 2018 case fatality rate dengue di Indonesia sebesar 0,71 persen, yang meningkat jadi 0,86 persen di tahun 2022.

Baca juga: Dinkes DKI ingatkan potensi DBD menjelang puncak musim hujan

Baca juga: Kemenkes: Penggunaan Wolbachia tak berpotensi timbulkan penyakit baru


Menurut WHO pencegahan dan pengendalian dengue bergantung pada strategi pengendalian vektor nyamuk.

Laman Dengue WHO terbaru Maret 2023 menyebutkan upaya menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegepty penyebab dengue antara lain dengan berpakaian yang tertutup, penggunaan kelambu saat tidur siang, penggunaan mosquito repellents yang mengandung DEET, Picaridin atau IR3535.

"Kalau sudah jatuh sakit, maka tidak ada obat yang spesifik untuk membunuh virus dengue," kata Tjandra.

Ia menambahkan deteksi awal dan akses pada pelayanan kesehatan yang baik merupakan kunci utama untuk menurunkan angka kematian.

"Apalagi kalau diberitakan bahwa Indonesia target bersama mencapai nol kematian akibat dengue di tahun 2030. Jadi, pengendalian dengue memang harus bersifat menyeluruh," katanya.

Pemerintah RI juga telah menyediakan vaksin dengue yang sudah mendapat izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni Dengvaxia dan Qdenga yang sudah disetujui WHO dan mendapat lisensi di berbagai negara.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023