PHR Regional Sumatera Limau Field membangun rumah produksi sebagai wadah dan pelaksanaan manajemen anggota KWT
Muara Enim, Sumsel (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Limau Field melakukan pengembangan ekonomi kreatif masyarakat berbasis agrobisnis melalui pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur di Desa Air Talas, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dengan mengolah jeruk rasa asam menjadi produk makanan dan minuman olahan bernilai ekonomi.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur Komang Meliasih menjelaskan jeruk merupakan potensi lokal yang ada di Desa Air Talas, sehingga desa warga eks transmigran Bali ini dikenal sebagai sentra penghasil jeruk di Kabupaten Muara Enim, Sumsel.

"Awalnya, kami sebagai ibu-ibu petani jeruk dan sawit mempunyai kelompok senam. Pertamina yang sebelumnya sudah memberikan bantuan bibit jeruk ke desa, kemudian pada 2018 memberikan pelatihan pembuatan produk olahan jeruk sebagai pemasukan tambahan keluarga," kata Meliasih saat ditemui di Rumah Produksi KWT Subur Makmur Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Muara Enim, Sumsel, Selasa.

Melalui program CSR (corporate social responsibility) bernama Bude Arta Maju (Ibu-Ibu Desa Air Talas Mengolah Jeruk), PHR Limau Field memberikan pelatihan dan bantuan peralatan bagi 11 orang anggota KWT Subur Makmur untuk mengolah jeruk varietas siam yang asam, agar memiliki nilai ekonomi dan manfaat lebih.

Kelompok wanita tani ini mengolah jeruk siam asam yang bernilai jual rendah menjadi produk turunan, mulai dari pie susu, pie jeruk, sirup jeruk, selai jeruk hingga stick jeruk.

“Kalau jeruk manis, laku dijual dengan harga tinggi sekitar Rp15 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram. Sedangkan, jeruk yang asam harganya murah hanya Rp5.000 per kg, bahkan bisa cuma Rp2.000 per kg. Karena itu, kami manfaatkan jeruk asam ini, menjadi berbagai olahan jeruk yang bernilai ekonomis,” jelasnya.

Meliasih mengungkapkan kegiatan produksi sempat vakum dua tahun karena COVID, namun kini KWT Subur Makmur kembali gencar memproduksi dan memasarkan produk olahannya tersebut.

Selain bantuan pelatihan, menurut dia, PHR Regional Sumatera Limau Field membangun rumah produksi sebagai wadah dan pelaksanaan manajemen anggota KWT. Selain itu, pendampingan dalam mendapatkan sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PPIRT) dan sertifikat halal untuk menambah kepercayaan konsumen.

KWT Subur Makmur juga mendapat pelatihan kewirausahaan dan pemasaran digital melalui e commerce dan website, sehingga menjadikan produksi olahan jeruk siam dikenal masyarakat. Meskipun ada kendala dengan sinyal internet yang kurang baik di Desa Air Talas.

"Produk kami juga sering mendapat pesanan dari pemerintah daerah dan juga dipasarkan di gerai Pemkab Muara Enim sehingga diminati masyarakat. Sebulannya, bisa menuai pendapatan hingga Rp2 juta sebagai tambahan penghasilan dan peningkatan kesejahteraan anggota," ujar Meliasih.

Menurut Community Development Officer (CDO) PHR Limau Field Dedo Kevin Prayoga, program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Bude Arta Maju mampu menjawab permasalahan jeruk siam yang sebelumnya tidak memiliki nilai jual yang tinggi menjadi memiliki nilai tambah.

"Pada program Bude Arta Maju, berupaya untuk menjawab permasalahan terkait jeruk siam yang terklasifikasi, yaitu jeruk kualitas kedua. Jeruk kualitas kedua ini sebelumnya dijual dengan harga murah akibat rasanya yang tidak terlalu manis atau cenderung asam sehingga harga jual yang diberikan tidak maksimal," ujar Dedo.

Program ini juga mampu memberikan pekerjaan pada ibu-ibu di Desa Air Talas melalui KWT Subur Makmur yang sebelumnya hanya memiliki kegiatan senam.

Selain itu, dua KK mampu terentaskan dari garis kemiskinan akibat adanya pertambahan pendapatan melalui penjualan produk olahan jeruk.

Bude Arta Maju merupakan bagian dari penerapan TJSL Pertamina Hulu Rokan Regional Sumatera Limau Field bernama Anggrek Dewata atau Agribisnis Penggerak di Desa Wisata Air Talas.

Program Anggrek Dewata memiliki tiga sub program yang saling terintegrasi. Selain Bude Arta Maju, ada juga Bu Jusi (Budidaya Jeruk Siam Organik) dan Puteri Jelita (Pupuk Cair Organik dari Limbah Kulit Jeruk Air Talas).

"Tujuan utama pada program Anggrek Dewata ini mencoba untuk mengembalikan kondisi awal agrowisata yang berada di Desa Air Talas melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kemandirian dalam masyarakat," kata Dedo.

Dikatakan, Budidaya Jeruk Siam Organik (Bu Jusi) merupakan program yang berupaya untuk mengembalikan kondisi pertanian jeruk siam di Desa Air Talas dengan memanfaatkan jamur Trichoderma sp sebagai obat untuk membasmi hama CVPD atau kutu loncat.

Hama ini menyebar akibat kurangnya pengelolaan pada masa pandemi COVID-19 dan suhu tinggi yang menyebabkan kembang biak hama semakin cepat.

Menurut Senior Manager Limau Fied Dadang SM, program Anggrek Dewata menjadi komitmen pihaknya dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat di ring 1 EP Limau Field yang berfokus kepada Environment, Social and Good Governance (ESG) dan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals.

"Program Anggrek Dewata yang dibagi menjadi 3 sub program tersebut telah terbukti merubah sistem pertanian menjadi ramah lingkungan dan mengentaskan angka kemiskinan serta memberikan manfaat lebih dari 900 orang," ujar Dadang.

Baca juga: PHR sumbang PNBP Rp76 miliar dari pengelolaan aset Barang Milik Negara
Baca juga: PHR terus tingkatkan produksi meski lapangan migas semakin tua
Baca juga: PHR terapkan transformasi digital dukung target produksi migas

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023