Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bersama pemerintah daerah dan para pegiat budaya di kawasan Tapal Kuda menggelar kegiatan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda (GGBTK) secara bergantian untuk mengenalkan keragaman budaya di wilayah itu pada Oktober-November 2023.

Tema yang diangkat adalah "Rajut Ragam Budaya Tapal Kuda untuk Energi KeIndonesiaan. Gotong Royong untuk Kedaulatan Pangan", yakni kaum muda memanfaatkan ragam budaya di kawasan Tapal Kuda untuk memperkuat dan melanjutkan ke-Indonesiaan berbasis nilai-nilai Pancasila, serta memperkuat gotong royong untuk kedaulatan pangan.

Daerah Tapal Kuda merupakan sebutan bagi kawasan yang berada di bagian timur Provinsi Jawa Timur, yang meliputi Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lumajang, Pasuruan, Situbondo dan Kabupaten/Kota Probolinggo.

Wilayah itu disebut tapal kuda karena apabila ditarik garis imajiner akan berbentuk lingkaran agak lonjong yang menyerupai alas atau tapal kaki kuda dan kawasan tersebut memiliki kekuatan ekonomi, politik, sosial, religius, dan budaya.

Masyarakat di wilayah itu sebagian besar adalah warga Pandalungan yang merupakan campuran warga etnis Jawa dan Madura, namun ada juga suku Tengger di Probolinggo dan sekitarnya dan Suku Using di Banyuwangi, sehingga memiliki beragam kesenian tradisional dan kebudayaan.

Kegiatan GGBTK itu menawarkan keragaman budaya yang lahir dari proses sosio-historis masyarakat di kawasan Tapal Kuda, sebagai salah satu kekuatan besar untuk memperkuat energi ke-Indonesiaan dan keragaman budaya itu bisa menjadi potensi untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid saat menghadiri kegiatan puncak Galang Gerak Budaya Tapal Kuda di Jember pada Minggu (19/11) menyebut bahwa kegiatan itu merupakan upaya pelestarian, pengembangan, pemeliharaan, dan perlindungan objek pemajuan kebudayaan di sejumlah daerah.

Keragaman budaya masyarakat Tapal Kuda merupakan potensi dan kekuatan yang terbentuk dari 'tenunan atau rajutan' materi-materi kultural yang melintasi batas-batas administrasi, sehingga perlu dikembangkan dengan lebih baik agar bisa berkontribusi kepada laku kebangsaan dan pemberdayaan para pelaku budaya.

Kebudayaan juga merupakan energi terbarukan yang akan terus mengisi ruang dan praktik kehidupan masyarakat di Tapal Kuda, sehingga diharapkan ajang tersebut memunculkan kesadaran bersama dari dinas-dinas terkait para pelaku budaya, akademisi, dan masyarakat untuk menggali potensi budaya di wilayah tersebut.

Untuk itu energi ke-Indonesiaan dan upaya untuk memajukan kebudayaan akan terus bisa menyala melanjutkan kegiatan pewarisan ragam Galang Gerak Budaya Tapal Kuda berbasis komunitas dan sekolah melalui muatan lokal.

Kegiatan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda diawali di Kabupaten Lumajang pada 28-29 Oktober 2023, kemudian dilanjutkan ke Kabupaten Probolinggo pada 4 November 2023, Kabupaten Situbondo pada 9 dan 11 November 2023, Pasuruan pada 10-12 November 2023.

Selanjutnya di Kabupaten Banyuwangi pada 11,18 dan 19 November, kemudian di Bondowoso pada 14-15 November 2023, dan terakhir di Kabupaten Jember pada 16-17 November 2023 yang ditutup dengan puncak acara yang melibatkan seluruh kabupaten/kota di Tapal Kuda pada 18-19 November 2023.

Kabupaten Lumajang mengawali hajatan Galang Gerak Budaya Tapal Kuda dengan menyuguhkan pertunjukan ragam kesenian keroncong wayang, tari topeng Kaliwungu, tari godril, jaran kencak, dan rampak barong yang dikenalkan kepada kalangan milenial agar mereka bisa ikut melestarikan warisan budaya.

Kegiatan itu diakhiri pada malam puncaknya di Kabupaten Jember pada 19 November 2023 yang dimeriahkan dengan pertunjukan tari tradisional dari masing-masing daerah di kawasan Tapal Kuda, di antaranya pertunjukan Ohjung dari Kabupaten Situbondo, Tari Jaripah dari Kabupaten Banyuwangi.

Kemudian Seni Jaran Bodhag dari Kota Probolinggo, Tari Sewarna dari Kabupaten Lumajang, Tari Terbang Rudat dari Kabupaten Pasuruan, Singo Ulung, Topeng Kona, Tari Molong Kopi dari Kabupaten Bondowoso dan Bedoyo "Bumi Aji" dari Kabupaten Jember.

GGBTK dapat dilihat sebagai jendela bahwa masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kebudayaan dan pada tahun 2023 adalah sebuah langkah awal untuk dapat mempertemukan lebih banyak lagi kesenian, budaya, dan kreasi lainnya, sehingga keragaman budaya itu yang harus dijaga bersama.

Konsep GGBTK yang bertajuk "galang gerak" merepresentasikan bagaimana jaringan pihak-pihak yang peduli dengan budaya dapat terbentuk, sehingga dengan adanya galang gerak budaya, maka wilayah Tapal Kuda diharapkan dapat menjadi episentrum budaya Indonesia yang mendunia.


Ekonomi kreatif

Melestarikan kebudayaan dengan kemasan ekonomi kreatif memang menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan budayawan, namun hal tersebut menjadi pilihan wajib yang harus dilakukan agar kesenian tradisional tak punah oleh zaman.

Mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya tentu mengandalkan kreativitas masyarakat untuk memanfaatkan potensi budaya dan kearifan lokal daerah setempat, sehingga kegiatan GGBTK itu diharapkan mampu menjadi pemantik bagi masing-masing daerah untuk tetap eksis melestarikan kesenian tradisional.

Pakar kebudayaan dari Universitas Jember Dr Ikwan Setiawan mengatakan bahwa aneka budaya yang dikemas dengan ekonomi kreatif bisa merajut silaturahmi kebangsaan antarwarga, kemudian memperkuat nasionalisme, dan menghidupkan ekonomi kerakyatan.

Puncak GGBTK di Jember memang diakui membangkitkan ekonomi kerakyataan karena banyak pedagang dan UMKM yang berjualan di sekitar alun-alun yang menjadi lokasi kegiatan itu mendapat berkah dengan meningkatnya omzet pendapatan.

Pengunjung yang datang tidak hanya dari Kabupaten Jember karena yang tampil dalam puncak kegiatan itu dari beberapa kabupaten di Tapal Kuda, sehingga semarak dan meriah yang juga berdampak pada peningkatan sektor ekonomi.

GGBTK merupakan ajang multibentuk yang menghadirkan secara kreatif ragam potensi kesenian, religius, pengetahuan, peninggalan sejarah, dan objek pemajuan kebudayaan lainnya yang melibatkan generasi milenial, karena hal itu menjadi aset budaya yang sangat luar biasa.

Tidak hanya melestarikan warisan kebudayaan saja, kemasan kegiatan ekonomi kreatif berbasis budaya melalui GGBTK dapat memberikan dampak ekonomi yang luas di wilayah Tapal Kuda untuk memajukan kearifan lokal dengan konsep kekinian.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023