Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan penggunaan teknologi nyamuk ber-Wolbachia untuk pengendalian kasus demam berdarah dengue (DBD) masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal sosialisasi kepada masyarakat.

“Tantangan utamanya adalah bagaimana meyakinkan masyarakat. Masyarakat harus tahu manfaat dan risiko dari penggunaan nyamuk ber-Wolbachia,” kata dia dalam diskusi "Perkembangan Pengendalian Vektor Dengue di Indonesia" di Jakarta, Sabtu.

Dia mengatakan sosialisasi kepada masyarakat tentang inovasi tersebut harus dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

Selain itu, kata dia, masyarakat juga harus dilibatkan dalam pelaksanaan uji coba inovasi nyamuk ber-Wolbachia.

Ia menilai teknologi nyamuk ber-Wolbachia sudah terbukti efektif dan aman dalam mengurangi virus dengue, meskipun saat ini masih terbatas pada uji coba dan belum ada rencana target perluasan secara nasional.

Baca juga: Pemkot Semarang ingin nyamuk ber-Wolbachia disebar di seluruh wilayah

Saat ini, kata Imran, DBD masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia.

“Beban DBD di Indonesia cukup besar dengan angka disability-adjusted life years (DALYs) lebih tinggi dari HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular tropis lainnya,” ujarnya.

Ia menyebutkan 76.449 kasus dengue dengan 571 kematian sejak Januari hingga November 2023, turun dari 143.300 dengan 1.236 kematian pada 2022.

Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Adi Utarini mengatakan teknologi nyamuk ber-Wolbachia harus dikombinasikan dengan upaya pengendalian DBD yang lainnya, seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

“Kebersihan harus tetap dijaga dan pemberantasan sarang nyamuk harus tetap dilakukan,” kata dia.

Dia berharap, pemerintah dan pemangku kepentingan terkait bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan dalam menyosialisasikan inovasi nyamuk ber-Wolbachia agar teknologi tersebut bukan hanya menjadi uji coba terbatas.

“Teknologi nyamuk ber-Wolbachia ini saya rasa dapat menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengendalikan DBD di Indonesia,” katanya.

Baca juga: Pemkot Kupang dukung penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk atasi DBD
Baca juga: Yogyakarta catat kasus DBD terendah sejak inovasi nyamuk ber-Wolbachia
Baca juga: Peneliti UGM: Tidak ada kaitan Japanese Encephalitis dengan Wolbachia


Pewarta: Rivan Awal Lingga
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023