Jakarta (ANTARA) - Sutradara film “Hamka & Siti Raham (Vol. 2)” Fajar Bustomi mengungkapkan bahwa film ini dibuat sebagai “agenda politik” untuk menciptakan kedamaian di tengah masyarakat, perilisan film tersebut secara tidak disengaja berdekatan dengan jadwal kampanye Pemilu 2024.

“Saya jawab dengan tegas, ya (film ini) ada agenda politik. Saya ingin menciptakan masyarakat Indonesia yang damai dan tenteram," kata Fajar Bustomi di Jakarta, Senin.

Fajar Bustomi mengenang ketika dia menemui Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk membuat film "Buya Hamka" pada 2013. Ketika itu situasi politik Indonesia sedang sangat panas.

"Jadi, saat itu kita ingin bikin film yang ceritanya menenangkan orang-orang yang sedang berpolitik. Tapi, tidak ada agenda (film ini) tayang di tahun politik,” kata Fajar Bustomi.

Baca juga: Film "Hamka & Siti Raham (Vol 2)" rilis trailer dan poster resminya

Awalnya, trilogi film “Buya Hamka”, termasuk film sekuelnya “Hamka & Siti Raham (Vol. 2) dijadwalkan tayang pada 2020. Film itu pun telah memulai proses produksi sejak lima tahun lalu dan akhirnya baru dirilis tahun 2023 ini.

Perilisan film trilogi “Buya Hamka” harus diundur selama lima tahun karena pandemi yang sempat melanda beberapa tahun terakhir. Bahkan, film yang rencananya hanya akan dirilis dalam satu bagian itu pun berubah menjadi tiga bagian karena panjangnya durasi akhir film “Buya Hamka”.

Film “Hamka & Siti Raham (Vol. 2)” merupakan bagian kedua dari trilogi “Buya Hamka” dan akan tayang di bioskop Indonesia mulai tanggal 21 Desember 2023.

“Tadinya Hamka itu tayang di 2020, semuanya selesai. Ternyata, rencana yang Maha Kuasa (disuruh) tahan dulu, diuji dulu. Alhamdulillah, Falcon dan Starvision masih mau film ini ditonton di bioskop,” kata sang sutradara.

Melalui film itu, Fajar ingin menyampaikan bahwa ada kebaikan dan nilai-nilai positif dari sosok Buya Hamka, jurnalis sekaligus tokoh agama Islam terkemuka di Indonesia yang bisa dipetik oleh masyarakat. Dia pun ingin membuat film yang dapat diteladani oleh masyarakat dan berdampak positif untuk mereka.

“Saya pikirin cuma satu, saya pingin teman-teman dapat kebaikan dari film ini,” kata sutradara yang pernah menggarap film “Dilan 1990” ini.

Baca juga: Sejarah memanusiakan manusia Buya Hamka

Baca juga: Menparekraf nilai film "Buya Hamka" hadirkan pesan nasionalisme

Baca juga: Butuh 30 hari bangun set surau dan kincir angin "Buya Hamka"

Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023