Pemerintah membentuk sebuah komite kementerian untuk mengatasi krisis itu dan berhasil menguasai lagi gedung kementerian kemarin malam."
Tripoli (ANTARA News) - Pemerintah Libya menguasai lagi gedung kementerian dalam negeri dari kelompok bersenjata yang mengepung bangunan itu selama sepekan, kata seorang pejabat, Rabu.

Kelompok itu memasuki bangunan tersebut pada 2 Juli dan mengusir para pegawai. Mereka berada di sana selama beberapa hari dan menutup pintu masuk utama gedung itu dengan gundukan pasir, lapor Reuters.

Salah seorang dari kelompok itu mengatakan, mereka akan tetap berada di sana sampai pemerintah membubarkan angkatan bersenjata, yang dikenal sebagai Komite Keamanan Tertinggi (SSC), yang kata mereka didukung oleh kementerian dalam negeri.

SSC terbentuk dari mantan pemberontak yang menggulingkan Muamar Gaddafi dalam perang pada 2011, yang memiliki persenjataan lebih baik dan lebih kuat daripada polisi.

"Pemerintah membentuk sebuah komite kementerian untuk mengatasi krisis itu dan berhasil menguasai lagi gedung kementerian kemarin malam," kata seorang pejabat kementerian yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Kami tidak tahu kesepakatan apa yang dicapai namun saat ini pekerja memeriksa bangunan itu dan kondisinya baik," kata pejabat itu.

Kantor Berita LANA mewartakan, kementerian meminta para pegawai kembali ke kantor untuk bekerja.

Pemerintah menyatakan, mereka masih menyusun rencana untuk membubarkan milisi namun belum memberikan rincian mengenai hal itu.

Perdana Menteri Ali Zeidan mengatakan, pemerintah akan menaikkan gaji untuk membujuk mantan gerilyawan agar masuk ke angkatan bersenjata.

Sekitar 19.500 orang -- tentara dan polisi -- akan dikirim untuk menjalani pelatihan di AS, Prancis, Inggris dan Italia, kata Zeidan.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.

NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.

Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan tiga warga lain Amerika.

Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013