Depok (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr. drg. Retno Widayati, Sp.Ort(K) sebagai guru besar tetap Ilmu Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi (FKG UI), dengan membawakan pidato berjudul “Potensi Penggunaan Medikasi Topikal sebagai Upaya Meningkatkan Keberhasilan Perawatan Ortodonti Masa Depan'.

"Maloklusi perlu dirawat, karena selain menimbulkan gangguan fungsi kunyah dan bicara, juga dapat menyebabkan masalah psikososial yang berhubungan dengan rasa percaya diri penderita dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang," kata Prof. Dr. drg. Retno Widayati saat menyampaikan pidato pengukuhannya, di Balai Sidang UI Depok, Rabu.

Ia menjelaskan, maloklusi adalah keadaan gigi geligi yang letaknya berdesakan, gigi maju, gigi jarang, gigi caling, gigi dengan gigitan terbuka, gigitan terbalik dan lainnya.

Sejak lama, masyarakat umum telah mengenal perawatan ortodonti, yaitu perawatan meratakan gigi dengan menggunakan behel atau alat yang disebut piranti cekat dan piranti lepasan.

Baca juga: Guru Besar UI: Cita-cita capai Indonesia Emas 2045 patut diperjuangkan

Baca juga: Ekonom UI: Masa depan ekonomi dunia tak hanya pertumbuhan dan inflasi


Perawatan ortodonti adalah salah satu perawatan di kedokteran gigi yang membutuhkan waktu perawatan cukup lama, sekitar 27,4 bulan. Lamanya waktu tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan rongga mulut lainnya, seperti dapat meningkatkan risiko karies, gingivitis, resorpsi akar gigi serta meningkatnya biaya perawatan.

Prof. Retno mengatakan bahwa kajian ini dilakukan sebagai upaya mempersingkat waktu perawatan ortodonti. Tantangan lainnya adalah mengontrol penjangkaran selama perawatan berlangsung dan menjaga stabilitas hasil perawatan ortodonti.

Beberapa upaya guna mempercepat pergerakan gigi yang sudah dilakukan, antara lain penggunaan braket sistem self-ligating, bedah corticotomy, dan penggunaan laser. Namun, upaya tersebut masih menjadi perdebatan, terutama bedah corticotomy karena merupakan tindakan invasif dengan indikasi terbatas.

Penelitian membuktikan, penggunaan injeksi prostaglandin E2 (PGE2) dapat memicu pergerakan gigi menjadi 1,6 kali lebih cepat, namun kekurangannya adalah timbul rasa sakit, invasif, dan tidak nyaman karena penggunaan jarum suntik.

Sehingga, solusinya adalah mengubah sediaan injeksi menjadi sediaan bentuk gel. Efek pengolesan gel PGE2 pada mukosa bukal hewan Macaca Fascicularis dapat mempercepat pergerakan gigi kaninus rahang atas 1,8 kali lebih cepat dibandingkan tanpa pengolesan gel PGE2.

Oleh sebab itu, Prof. Retno menyampaikan bahwa di masa mendatang diperlukan inovasi baru dengan menggunakan medikasi topikal yang berpotensi sebagai akselerator (mempercepat) pergerakan gigi.

Medikasi topikal berbasis obat sintetik seperti gel PGE2 maupun gel dengan bahan baku lain, seperti berbasis bahan alam diharapkan dapat digunakan sebagai akselerator pergerakan gigi ortodonti. Sehingga, dapat menjadi solusi mempercepat waktu perawatan ortodonti.

Ia juga menyebutkan, para ortodontis masih sering terjadi kehilangan penjangkaran (loss of anchorage), meskipun sudah menggunakan alat penjangkaran tambahan yang dipasang di dalam mulut.*

Baca juga: Guru Besar UI: Perlu pengkajian kembali relevansi teori umum pemasaran

Baca juga: Guru besar UI kaji peran desentralisasi fiskal bagi pembangunan daerah

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023