Jakarta (ANTARA) - Jenderal TNI Maruli Simanjuntak resmi menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) selepas dilantik oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Rabu.

Maruli, yang sebelumnya menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD (Pangkostrad) adalah lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992. Maruli, yang merupakan menantu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan adalah perwira yang karirnya tergolong cepat. 

Dia berhasil memimpin TNI AD pada usia 53 tahun, sementara dua jenderal pendahulunya, Agus Subiyanto pada usia 56 tahun dan Dudung Abdurachman menjabat Kasad saat berusia 56 tahun.

Pencapaian itu pun juga menunjukkan tingkat kepercayaan tinggi yang diberikan oleh Presiden Jokowi kepada Maruli. Tentunya, publik pun juga menanti kepemimpinan yang akan ditorehkan Maruli mengingat sederet pekerjaan rumah (PR) di TNI Angkatan Darat telah menanti untuk diselesaikan.


Rekam jejak 

Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 27 Februari 1970, mengawali karier militernya selepas lulus dari Akmil, memulai pengabdiannya di satuan tempur kecabangan infanteri di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Detasemen Tempur Cakra.

Maruli mulai mengisi posisi strategis pada 2002, 10 tahun sejak dia mulai mengabdi sebagai perwira pertama. Dia saat itu dipercaya sebagai Komandan Detasemen Tempur (Dandenpur) Cakra.

Kemudian, dia kembali ke Kopassus, dan menjabat sebagai Komandan Batalyon 21 Grup 2 Kopassus/Sandhi Yuda (2008–2009), Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) (2009–2010), Wakil Komandan Grup 1 Kopassus/Para Komando (2010–2013), Komandan Grup 2 Kopassus/Sandhi Yudha (2013–2014), Komandan Grup A Paspampres (2014–2016), dan Danrem 074/Warastratama Surakarta (2016–2017).

Maruli kemudian “pecah bintang” atau mulai menjadi perwira tinggi bintang satu saat menjabat Wakil Komandan Paspampres (2017–2018). Kariernya terus merangkak naik menjadi perwira tinggi bintang dua saat dia menjabat Komandan Paspampres (2018–2020) dan Pangdam IX/Udayana (2020–2022).

Beberapa prestasi ditorehkan Maruli saat menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana, yang membawahi wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, hingga mendapat julukan sebagai "Bapak Air".

Dia saat itu mengerahkan pasukannya untuk mencari sumber-sumber air dan memasang pompa untuk mengalirkan air bersih untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Maruli, saat itu membantu warga yang kesulitan mendapatkan air bersih, karena masih banyak warga di daerah Bali, NTT, dan NTB yang membeli air.

Di bawah kepemimpinan Maruli sebagai Pangdam, Kodam IX/Udayana membangun lebih dari 100 pompa hidrolik di daerah Bali dan Nusa Tenggara.

Program itu kemudian berlanjut saat dia menjabat sebagai Pangkostrad. Maruli melaporkan persoalan air bersih kepada Dudung, yang saat itu menjabat sebagai Kasad. Akhirnya, inisiatif Maruli itu menjadi program prioritas TNI AD, yang kemudian disebut "TNI AD Manunggal Air".

TNI AD sejauh ini telah membangun 825 titik air yang terdiri atas 489 titik pompa hidram, 289 titik sumur bor, dan 47 titik gravitasi air. Titik-titik air itu juga sudah diakses oleh 191.857 KK atau 562.602 jiwa yang tersebar dari Aceh sampai Merauke, juga menjadi sumber irigasi sawah dan perkebunan seluas 21.983 hektare.

"Bapak Air" itu, pada 20 November 2023 mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Insan Indonesia yang membantu Pengadaan Air Bersih Terbanyak Kepada Masyarakat secara Berkelanjutan".

Bagi Maruli, pencapaian itu bukan hanya karena dirinya, melainkan berkat kerja keras para prajurit, termasuk para bintara pembina desa (babinsa).

Dia juga menegaskan bahwa yang hebat itu sebenarnya prajurit di wilayah, karena mereka yang turun bertemu masyarakat, melakukan pemetaan di wilayah tugasnya, dan meneruskan permintaan para babinsa dari masyarakat kepada pemimpin.


Pekerjaan rumah 

Dari ragam pencapaian dan prestasi yang ditorehkan Maruli, sederet PR menanti dirinya sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Netralitas TNI pada masa tahun politik tentu menjadi tantangan utama yang harus dijawab oleh Maruli. 

Pada beberapa kesempatan, termasuk sesaat setelah dilantik sebagai Kasad, dia menegaskan dan menjamin jajarannya di TNI AD bersikap netral.

Dia beberapa kali menegaskan sikap itu dan menyatakan akan bereaksi sangat cepat kalau ada kejadian-kejadian pelanggaran.

Apalagi prinsip netralitas TNI ini juga menjadi perhatian khusus Presiden RI yang disampaikan kepada Kasad.

Maruli juga tidak ber-gambling jabatan dan institusi Angkatan Darat yang sudah baik untuk kepentingan politik praktis dan sesaat. 

Dia tidak ingin mencatatkan sejarah yang akan dikenang sepanjang masa bahwa TNI Angkatan Darat tidak netral dalam pemilihan umum.

Selain terkait pemilu, PR Maruli juga terkait berbagai urusan internal yang mencakup tata kelola organisasi TNI AD, pembinaan prajurit, kesejahteraan prajurit, dan peningkatan kesiapan prajurit serta alutsista TNI AD.

Pengamat militer Institute For Security & Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi menyampaikan Maruli perlu meninjau kembali kinerja jajarannya, terutama yang rawan menimbulkan konflik dengan masyarakat.

Publik memiliki perhatian yang juga menjadi prioritas Kasad, seperti soal tindak kekerasan yang tidak patut dan pelanggaran hukum-HAM oleh prajurit. 

PR lainnya adalah menjaga prajurit agar tidak terlibat dengan kegiatan yang tidak relevan dengan tugas pokok TNI dan tidak didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai, terutama oleh satuan-satuan teritorial TNI AD.

Persoalan tata kelola organisasi, termasuk di dalamnya soal regenerasi dan estafet kepemimpinan, juga harus menjadi perhatian Kasad.

Pengamat mengingatkan bahwa Maruli akan memimpin banyak perwira yang merupakan seniornya di Akmil, sehingga harus menjaga harmoni. Dengan usianya yang tergolong muda, hadirnya strategi-strategi baru dan inovasi aplikatif khas generasi yang lahir pada era 1970-an. Masa dinas aktif Maruli yang masih panjang hingga 2028 diharapkan tetap memperhatikan regenerasi.

Tantangan mengelola regenerasi juga menjadi sorotan Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas.

Maruli punya cukup waktu untuk memimpin TNI AD serta punya peluang sebagai pengganti Agus Subiyanto pada 2025. Tantangannya, tentu saja bagaimana pengelolaan pembinaan karier prajurit bagi para seniornya, yakni angkatan 1989–1991 yang masih cukup banyak. 

Potensi terjadinya "bottleneck" karier menjadi membesar jika tidak disikapi dengan perencanaan dan kebijakan yang baik.

Di luar itu, pekerjaan rumah utama yang perlu diselesaikan Maruli antara lain meningkatkan kesiapan prajurit dan alutsista menghadapi berbagai tantangan ke depan.

Di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu, peningkatan kesiapan TNI AD menjadi sangat penting. Kecakapan dan pengalaman Maruli akan diuji dalam menyelesaikan pekerjaan rumah ini.

Terkait semua tantangan dan PR itu, Maruli telah menunjukkan kepemimpinannya pada jabatan-jabatan sebelumnya, dimana dia tidak hanya memimpin organisasi, tetapi juga membuat gebrakan. Publik berharap, TNI AD menjadi lebih profesional, modern, dan semakin tangguh.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023