Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan bahwa agregator memiliki peran penting mengoptimalkan branding desa wisata dalam menarik wisatawan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Postdoctoral Researcher Pemerintahan Dalam Negeri BRIN Haris Satria di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa agregator berperan sebagai perantara yang mampu meningkatkan sinergi antara pemerintah, komunitas, serta pencatatan dan progres di tingkat desa.

“Jadi agregator ini adalah connecting ke-6 dalam konsep kolaboratif yang dimana agregator ini merupakan bagian dari perantara sehingga kinerja dari pemerintah, komunitas, recording and progress bisa lebih optimal dan maksimal dalam branding desa,” kata Haris.

Dia menyampaikan, konsep sinergi menjadi hal penting yang harus diperhatikan bagi aparatur pemerintahan yang terlibat dalam pengembangan desa dan peningkatan branding. Menurutnya, agregator menjadi kunci utama dalam memperkuat branding desa di Indonesia.

Baca juga: BRIN kaji potensi wisata astronomi di Nusa Tenggara Timur

Baca juga: BRIN terima dua penghargaan rekor MURI pada HUT Kebun Raya Bogor


BRIN mencatat bahwa Indonesia mencapai konsep hexahelix pada tahun 2022, mencerminkan kemajuan dalam pengembangan tersebut.

Dalam konteks pariwisata berkelanjutan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memberikan referensi terkait tujuh desa wisata yang sukses mengusung konsep sustainable tourism.

Menurutnya, perubahan dari konsep homogen ke heterogen menjadi kunci, menciptakan desa-desa yang tidak hanya kaya budaya tetapi juga berkelanjutan.

Dia menyebutkan beberapa desa yang tampak sukses melakukan branding di antaranya Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah, yang menjadi desa terkaya dengan penghasilan mencapai Rp14 miliar per tahun. Desa ini berhasil mengembangkan wisata air dengan memanfaatkan sumber daya alam seperti mata air, sawah, dan perkebunan.

Kemudian, desa-desa lainnya yang ada di Bali, Malang, dan Situbondo, sukses membranding diri dengan fokus pada kebersihan, pertanian, peternakan, dan kegiatan ringan. Mereka menciptakan identitas yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, menarik para wisatawan untuk menjelajahi keindahan alam dan budaya.

BRIN menekankan pentingnya pengemasan dalam konteks branding bagi desa-desa yang telah menggeser pola konvensional. Desa-desa seperti Pelonggok dan Klaten membuktikan bahwa dengan mengoptimalkan potensi alam, terutama air, mereka mampu menjadi desa terkaya dengan penghasilan mencapai miliaran rupiah melalui sektor wisata air.

Sementara, desa terbersih di Bali memperlihatkan konsep kebersihan yang menjaga orisinalitas. Dengan menjadikan berjalan kaki dan bersepeda sebagai aktivitas utama. Desa ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga berkelanjutan.

Dia juga mengatakan bahwa satu desa di Provinsi Sumatera Barat menjadi sorotan para peneliti internasional karena dianggap sebagai desa terindah. Dengan sawah, hamparan hijau, dan aktivitas lokal yang menciptakan standar keindahan, desa ini menjadi objek riset yang menarik.

Ia menilai dengan desa bertransformasi menjadi desa wisata, maka tidak hanya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan warga, tetapi juga sebagai strategi mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan asli daerah, dan menciptakan peluang investasi komersial.

“Desa bergeser ke desa wisata sebenarnya untuk siapa?Tentu untuk warganya, agar warga bisa siap, bisa produktif, dan siap menyambut yang namanya itu investasi,” ucap Haris.*

Baca juga: Sikap DPRD kota Bogor tetap minta BRIN menolak wisata Glow

Baca juga: Pemkot Bogor ajak IPB dan BRIN kajian menyeluruh Wisata Glow

Pewarta: Bayu Pratama Syahputra
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023