Efek penurunan cadangan devisa menekan suplai valas dan membuat ekspektasi pelemahan rupiah berlanjut.
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada Senin sore melanjutkan pelemahan ke posisi Rp9.990 per dolar AS menyusul melambatnya pertumbuhan ekonomi China.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp9.990 dibanding posisi sebelumnya Rp9.985 per dolar AS.

"Mata uang rupiah masih cenderung melemah seiring dengan kecemasan pada melambatnya pertumbuhan di China yang akan meredam permintaan eskpor Indonesia ke mitra dagang utamanya," kata analis pasar mata uang, Ariston Tjendra, di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan China merupakan negara penyumbang sekitar 11 persen dari pengiriman non-migas luar negri Indonesia, perekonomiannya hanya berkembang sebesar 7,5 persen pada kuartal II atau lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di 7,7 persen.

Terkait naiknya suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi 6,5 persen, lanjut dia, hal itu cukup untuk membendung inflasi Indonesia namun belum menenangkan pasar seiring adanya ketidakseimbangan tekanan pada mata uang rupiah.

Sementara pengamat ekonomi, Lana Soelistianingsih menambahkan penjagaan Bank Indonesia (BI) di pasar uang cukup membuat fluktuasi kurs rupiah stabil.

Ia mengatakan tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih berlanjut seiring posisi cadangan devisa Indonesia yang turun mencapai 98,1 miliar dolar AS.

"Efek penurunan cadev itu menekan suplai valas dan membuat ekspektasi pelemahan rupiah berlanjut. Namun BI masih terus menjaga pasar rupiah," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah nilainya menjadi Rp10.024 dibanding posisi sebelumnya (12/7) Rp9.980 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013