Jakarta (ANTARA) - Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) akan lebih fokus menangani permasalahan hak asasi manusia (HAM) yang ada di depan mata dan tidak melupakan permasalahan serupa pada masa lalu.

"Jadi, memang HAM ini luas sekali cakupannya. Kami memastikan pelanggaran HAM semua harus diselesaikan. Tetapi, hari ini ada yang di depan mata, pelanggaran HAM yang menyasar warga tidak mampu," kata Juru Bicara (Jubir) Timnas AMIN, Usamah Abdul Aziz, di Jakarta, Jumat.

Menurut Usamah, pelanggaran HAM yang akan diselesaikan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 itu bukan hanya pada masa lalu, tetapi juga permasalahan HAM saat ini menjadi perhatian dan fokus AMIN.

Usamah menjelaskan banyak pelanggaran HAM yang saat ini terjadi di depan mata, seperti pengambilan tanah milik warga tidak mampu dan pencabutan hak tanpa berdasarkan hukum.

"Yang kami fokuskan saat ini adalah HAM yang penting, yaitu untuk memberikan keadilan kepada semua masyarakat," jelasnya.

Baca juga: Timnas Amin sebut akan saring pejabat guna cegah impunitas

Dia menambahkan bahwa selain persoalan HAM, AMIN juga tidak akan mengesampingkan masalah HAM di masa lalu dan itu harus diusut pula.

Namun demikian, lanjutnya, ketika ingin mewujudkan Indonesia bebas dari pelanggaran HAM, maka harus ada keadilan hukum bagi semua masyarakat Indonesia, sehingga itu yang menjadi visi dan misi AMIN.

"Karena, ketika ada keadilan dalam penindakan hukum, maka pelanggaran HAM akan menjadi berkurang," ujar Usamah.

KPU RI telah menetapkan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden sebagai peserta Pilpres 2024, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.

KPU juga telah menetapkan masa kampanye mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, kemudian jadwal pemungutan suara pada tanggal 14 Februari 2024.

Baca juga: Komnas HAM: Relawan harus aktif pantau proses Pemilu 2024

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023