Jakarta (ANTARA) - Perencana keuangan tersertifikasi Annisa Steviani memberikan sejumlah tips mengatur keuangan bagi para orang tua, khususnya untuk mereka yang baru saja memiliki anak.

Saat ditemui dalam acara bincang-bincang di Jakarta, Sabtu, Annisa mengatakan transisi orang tua saat baru saja memiliki anak memang membutuhkan waktu. Namun, ada sejumlah hal yang dapat dipersiapkan para orang tua sedini mungkin agar mempermudah perencanaan keuangan keluarga.

“Sebenarnya biayanya banyak, dan kalau sudah punya anak pasti udah sadar sendiri, ‘Kok keuangannya berantakan?’ Itu proses yang wajar, butuh adaptasi,” kata Annisa.

Langkah pertama, Annisa menyarankan orang tua untuk mempersiapkan dana untuk membeli perlengkapan utama bayi.

Perlengkapan bayi yang tidak habis pakai dan dapat digunakan berulang kali, seperti stroller (kereta dorong) atau kursi bayi sebaiknya meminjam atau menyewa dari tempat lain, alih-alih membeli yang baru. Hal itu dilakukan untuk meminimalkan dana kebutuhan perlengkapan bayi yang sebenarnya dapat dialihkan ke alternatif lainnya.

Baca juga: Darius Sinathrya nilai keterampilan mengelola keuangan makin vital

Kedua, orang tua yang baru saja memiliki anak tidak boleh mengesampingkan dana untuk makanan bergizi ibu menyusui. Selain fokus mempersiapkan dana untuk keperluan ASI bayi, jangan lupa untuk menyediakan dana khusus bagi ibu agar nutrisi mereka tetap tercukupi dengan baik.

Biaya terakhir yang harus dipersiapkan adalah terkait pengasuhan. Menurut Annnisa, pengeluaran itu jarang dibahas padahal merupakan komponen biaya terbesar.

Misalnya, jika ibu bekerja, maka keluarga itu memerlukan pengasuh atau daycare (tempat penitipan).

“Kalaupun dijaga kakek-neneknya, pasti orang tua harus menyiapkan dana ekstra untuk mereka, entah untuk makan-makan atau jalan-jalan,” kata perempuan yang juga fokus di bidang pembuatan konten edukasi ini.

Selain menyiapkan dana untuk kebutuhan utama dalam keluarga, Annisa juga menyarankan untuk menyisihkan dana darurat. Dana darurat ini akan digunakan untuk sesuatu tidak terduga yang diharapkan tidak akan digunakan dalam waktu lama.

“Dana darurat itu kalau single (jumlahnya) ada tiga kali dari dana pengeluaran bulanan, kalau sudah menikah enam kali, sudah punya tunjangan (anak) sembilan kali, begitu seterusnya,” Annisa menjelaskan.

Baca juga: Pentingnya literasi dalam perencanaan keuangan generasi muda

Annisa menjelaskan dana darurat sangatlah penting layaknya tabungan agar para orang tua siap menjalani kehidupan baru mereka. Sebaiknya, kumpulkan dana darurat perlahan-lahan agar tidak terasa berat dan dapat dilakukan dengan konsisten.

“Jadi, secara teori dana darurat dikumpulkan pelan-pelan. Misalnya, dapat THR dan setengahnya dikumpulkan untuk dana darurat, atau kerja sampingan yang dananya disimpan untuk dana darurat,” kata Annisa.

Dia pun menyarankan untuk menyimpan dana pensiun, dana pendidikan, dan asuransi agar anak memiliki tunjangan yang dapat digunakan untuk ke depannya. Dana-dana tersebut perlu disimpan sedini mungkin agar orang tua tidak terlalu berat saat menyisihkannya.

“Jadi, mau nggak mau dana pendidikan ini adalah sesuatu yang penting dan harus dikumpulkan segera. Lebih enak kalau menyiapkannya saat hamil, karena usia anak sebenarnya hanya terjeda tiga tahun sebelum memasuki usia sekolah,” kata dia.

“Jika kita menabung selama 18 tahun hingga anak memasuki bangku kuliah, itu akan jauh lebih mudah (terkumpul),” dia menambahkan.

Baca juga: Pengelolaan keuangan yang baik harus dimulai sedini mungkin

Baca juga: Kiat atur keuangan mudah untuk pasangan baru menikah

Baca juga: Kesalahan finansial yang sering dilakukan milenial


Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023