Jakarta (ANTARA) - Platform peer-to-peer lending daring AdaKami memberikan sejumlah kiat untuk masyarakat agar terhindar dari modus penipuan transaksi digital, seperti pinjaman daring dan transaksi digital lainnya.

Sebagai salah satu platform fintech di Indonesia, AdaKami menemukan sejumlah modus penipuan yang kerap merugikan masyarakat.

Mulai dari pencatutan nama, membuat akun media sosial palsu atau mengaku sebagai customer service palsu, menyalahgunakan data pribadi, meretas akun pengguna lewat pengiriman kode OTP atau tautan mencurigakan, hingga menjanjikan hadiah.

“Semua ini adalah tindakan fraud atau penipuan yang kami temukan dan perlu kita waspadai bersama lewat peningkatan literasi keuangan dan digital,” kata Brand Manager Adakami Jonathan Kriss saat ditemui dalam acara bincang-bincang di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin.

Baca juga: AdaKami komitmen dukung ekosistem keuangan inklusif di Indonesia

Baca juga: AdaKami sebut asuransi jadi komponen tertinggi dalam biaya layanan 


“Dengan demikian, kita bisa secara proaktif mengenali ciri-ciri potensi fraud dan menghindarinya”, katanya.

Ada sejumlah kiat yang dibagikan olehnya agar masyarakat dapat terhindar dari penipuan transaksi digital. Pertama, pastikan hanya berkomunikasi atau mencari informasi melalui situs, email, nomor telepon, hingga akun media sosial resmi yang terverifikasi.

Kedua, lebih berhati-hati dan selektif dalam membagikan informasi terkait data pribadi dengan tidak mengunggah data pribadi di media sosial, atau menyerahkannya kepada pihak-pihak yang belum bisa dipastikan kredibilitasnya.

Ketiga, berhati-hati dengan pihak yang menawarkan atau mengiming-imingi hadiah menggiurkan dengan syarat mencurigakan. Contohnya, keharusan membeli sesuatu hingga diminta untuk berutang demi membeli barang tertentu yang melampaui kemampuan finansial demi iming-iming hadiah.

Keempat, pada saat memutuskan untuk memanfaatkan layanan keuangan tertentu, pastikan sudah membaca seluruh syarat dan ketentuan yang berlaku, serta sudah memiliki rencana pemenuhan kewajiban yang mengikat.

“Jika membutuhkan alternatif pemenuhan kebutuhan finansial seperti pinjaman, pastikan dialokasikan untuk sesuatu yang benar-benar kita butuhkan dan bisa kita pertanggungjawabkan,” kata Jonathan.

“Jadi, memahami prioritas dan cara pemenuhannya, serta profil dan risiko instrumen keuangan yang akan kita manfaatkan memang sangat penting untuk bisa membuat keputusan tepat,” tutupnya.

Baca juga: AdaKami tindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran penagihan utang

Baca juga: ASEAN-BAC bina kemitraan mendukung transformasi digital di ASEAN

Baca juga: AdaKami gandeng SeaBank dengan pendanaan hingga Rp300 miliar

 

Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024