Alokasi gas untuk pupuk dan amonia itu sudah ada penetapan yaitu 180 mmcfd. Yang masih harus kita pastikan adalah alokasi gas, jumlahnya sama sekitar 180 mmcfd untuk yang petrokimia.
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan masih terus menunggu kepastian terkait pasokan gas untuk pembangunan pabrik pupuk dan petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat.

"Alokasi gas untuk pupuk dan amonia itu sudah ada penetapan yaitu 180 mmcfd. Yang masih harus kita pastikan adalah alokasi gas, jumlahnya sama sekitar 180 mmcfd untuk yang petrokimia. Ini saya kira harus dipastikan mengenai alokasinya," kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Panggah Susanto, di Jakarta, Selasa.

Dalam keterangannya usai melakukan pertemuan dengan penyedia layanan industri Ferrostaal dan Chandra Asri, Panggah mengatakan tim dari ESDM dan SKK Migas sudah memastikan adanya cadangan gas yang cukup besar di wilayah tersebut.

"Hanya berapa yang nanti dialokasikan untuk petrokimia, itu tahap selanjutnya," ujarnya.

Hingga saat ini, sudah ada sejumlah investor yang memastikan diri terjun dalam proyek bernilai 3,6 miliar juta dolar hingga 4 miliar juta dolar itu, diantaranya Pupuk Indonesia, Ferrostaal dan Chandra Asri serta investor dari Jepang dan Korea.

Pembangunan pabrik sendiri, ditekankan Panggah, akan sangat tergantung pada alokasi gas yang berasal dari LNG Tangguh. Sementara pembangunan fisik pabrik akan memakan waktu sekitar tiga tahun.

"Kalau itu (alokasi gas) kalau itu bisa ditetapkan akhir tahun ini, paling lambat katakanlah itu bangun tiga tahun. Jadi sekitar 2019, karena grass root ya, jadi pembangunannya 3--4 tahun," jelasnya.

Proyek pembangunan, lanjut Panggah, akan dimulai dengan pupuk amonia, urea, metanol, polipropilena, polietilena, juga bahan bakar juga. Dilanjutkan dengan perkebunan sawit yang nantinya berkaitan dengan dengan oleokimia.

Namun, proses pembangunan nantinya akan dilakukan bertahap mulai dari pupuk amonia, urea, metanol, baru kemudian perkebunan.

"Ada tuntutan dari daerah supaya juga dikembangkan perkebunan sawit dan pengolahan produk sawit menjadi produk oleokimia, sehingga juga akan mengembangkan daerah itu menjadi lebih luas lagi," katanya.

Dua perusahaan petrokimia Ferrostaal Industrial Projects dan PT Chandra Asri Petrochemical telah menandatangani perjanjian kerja sama untuk membangun pabrik olefin di Teluk Bintuni, Papua Barat, Kamis.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013