Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mendorong para penyuluh Keluarga Berencana (KB) turut peduli terhadap kesehatan jiwa, mengingat penderita gangguan mental dan emosional di Indonesia saat ini terus meningkat signifikan.
 
"Tantangan kita saat ini, meski stunting sudah turun, ternyata gangguan mental dan emosional meningkat. Oleh karena itu, pekerjaan rumah kita selain membangun keluarga berkualitas, menurunkan stunting, juga meningkatkan kesehatan jiwa. Jiwanya sehat, raganya juga sehat," kata Hasto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
 
Hal tersebut disampaikan Hasto dalam kegiatan "Peningkatan Kapasitas Pengelola Program Bangga Kencana bersama Mitra Kerja dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting" tingkat Provinsi Sulawesi Barat yang digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Senin (18/12).
 
Untuk itu, Hasto terus mendorong para penyuluh KB agar terus mengedukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa kepada keluarga-keluarga sebagai bagian dari membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Baca juga: Kepala BKKBN: Pembangunan jiwa jadi fokus bangun keluarga 2024

Baca juga: Anak Indonesia alami kesehatan jiwa ringan capai 9,8 persen
 
Hasto memaparkan data di tahun 2013, gangguan mental dan emosional baru di angka 6 persen, tetapi di tahun 2018 sudah meningkat sebesar 9.8 persen, yang artinya banyak anak-anak yang mengalami gangguan mental.
 
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO juga menyebutkan, pada tahun 2019, satu dari delapan orang atau total 970 juta orang di seluruh dunia, mengalami gangguan mental.
 
Hasto mengemukakan, penting bagi para penyuluh KB sebagai pelayan masyarakat untuk memiliki jiwa kepemimpinan, visioner, ikhlas, berlandaskan logika, juga berempati.
 
"Penyuluh KB harus menjadi teladan, ketika penyuluhan kita harus punya empati. Duduk sama tinggi, berdiri sama rendah, harus bisa memahami dengan siapa kita berkomunikasi," ucapnya.
 
Menurutnya, penting juga membangun visi bersama agar membentuk tim penyuluh KB yang kuat.
 
"Visi harus sama, punya rasa kebersamaan untuk mencapai sesuatu sehingga menjadi keperluan bersama. Kerja tim akan mencapai lebih banyak pencapaian dari pada per individu.
 
Ia juga mengapresiasi para penyuluh KB di Sulawesi Barat yang bekerja penuh prestasi dan dedikasi, serta tanpa pamrih.
 
"Prestasinya banyak sekali, luar biasa, saya optimis stunting akan turun di Sulawesi Barat, walaupun prevalensi masih tinggi, ini menjadi kekuatan untuk bangkit bagi bupati dan jajarannya, para tim percepatan penurunan stunting (TPPS) menjadi srikandi untuk menyelesaikan stunting," tuturnya.
 
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Barat Rezky Murwanto juga mengapresiasi penuh kerja keras TPPS di Sulawesi Barat.
 
"Semua luar biasa, kami harapkan di tahun 2024 kita kobarkan semangat turunkan stunting di Sulawesi Barat untuk mencapai target 18,6 persen di tahun 2024," kata Rezky.
 
Menurut Rezky, komitmen pemerintah daerah sangat kuat dengan adanya kebijakan terhadap program percepatan penurunan stunting dan Bangga Kencana oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.
 
Selain itu, pihaknya juga rutin mengadakan forum koordinasi percepatan penurunan stunting (PPS) dengan mitra kerja, hingga melibatkan perguruan tinggi.
 
"Melalui kolaborasi pentahelix, 11.250 masyarakat telah terpapar sosialisasi program bangga kencana dan PPS serta 41.008 keluarga berisiko stunting telah mendapatkan bantuan pangan pengentasan stunting," ucapnya.*

Baca juga: BKKBN: PBB prediksi penduduk dunia 8 miliar jiwa pada November 2022

Baca juga: BKKBN Maluku bentuk Generasi Berencana cegah remaja gangguan jiwa

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023