Jakarta (ANTARA News) - Persetujuan investasi asing (Penanaman Modal Asing/PMA) di Provinsi DKI Jakarta periode semester I 2006 tercatat nilai totalnya sebesar 590,46 juta dolar AS, anjlok 63,5 persen dibanding periode yang sama pada 2005 sebesar 1.617,23 juta dolar AS. "Terjadinya penurunan signifikan pada Penanaman Modal Asing mungkin akibat kepercayaan investor yang menurun. Apalagi media asing kerap menyuguhkan informasi yang berlebihan tentang ketidakstabilan kita, sehingga membuat investor jadi enggan menanamkan modal mereka," kata Kepala Badan Penanaman Modal dan Pendayagunaan Kekayaan dan Usaha Daerah (BPM dan PKUD) Provinsi DKI Jakarta, Syamsul Hadi, di Jakarta, Kamis. Persetujuan PMA selama periode tersebut dari jumlah proyek juga mengalami penurunan tajam. Selama semester pertama 2006 hanya tercatat 340 proyek, menurun tajam dibandingkan periode yang sama 2005 dengan jumlah 420 proyek. Selain itu, kata dia, penurunan itu juga karena iklim investasi di Jakarta belum didukung oleh birokrasi lain yang terkait, semacam pengurusan izin ekspor impor yang harus melewati syarat dan tahap yang berbelit. Dalam peringkat sepuluh besar nilai investasi di Jakarta, China menduduki urutan pertama dengan sebanyak 24 proyek dan nilainya 282,8 juta dolar AS. Tahun sebelumnya pada periode yang sama, China menempati posisi kelima, sedang peringkat teratas diduduki Inggris. "China menjadi targetan utama promosi kami karena tahun lalu mereka termasuk negara yang termasuk royal untuk berinvestasi di Jakarta," kata Syamsul. Bidang usaha yang dimasuki oleh investor China sebagian besar adalah sektor perdagangan dan industri. Tercatat sudah dua kali misi dagang China datang ke Jakarta untuk kemudian mengadakan perjanjian. Dia melanjutkan, selain negara tirai bambu tersebut, Inggris, Singapura dan Malaysia juga termasuk negara `penjemput bola` dalam menanamkan modal mereka ke Jakarta. "Negara-negara itu selalu merespon dengan cukup baik saat kami melakukan promosi, bahkan mereka antusias mencari informasi ke sini," katanya. Sedangkan nilai investasi dari Jepang, menurut dia, mengalami stagnasi sejak dua tahun terakhir. Periode ini, Jepang menduduki posisi keenam dalam peringkat sepuluh besar nilai investasi di Jakarta, turun dua peringkat dari tahun sebelumnya. PMDN juga anjlok Sementara itu, perkembangan persetujuan penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada semester I 2006 juga mengalami penurunan mencapai 41,8 persen dibanding periode sama pada 2005 dengan nilai total investasi sebesar Rp517 miliar. Syamsul mengatakan, untuk nilai investasi PMDN bidang usaha konstruksi dan perhotelan bahkan tidak ada sama sekali atau kosong. "Harga bahan bangunan sedang tidak stabil sejak awal tahun ini. Investor dalam negeri juga cenderung lebih suka berinvestasi lewat pasar modal karena perputaran uang di situ lebih cepat," katanya. Saat ditanyai ANTARA berapa tingkat pencapaian nilai investasi tahun 2006 jika mengacu pada target BPM dan PKUD semester I 2006 tersebut, Syamsul mengatakan belum bisa memberikan angka pasti. (*)

Copyright © ANTARA 2006