Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 99,3 persen penduduk Jalur Gaza, wilayah di pantai timur Laut Mediterania yang secara resmi diakui sebagai bagian dari Palestina, menganut agama Islam.

Saat Ramadhan, penduduk di wilayah yang berbatasan dengan Mesir dan Israel itu berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakan shalat Tarawih.

Anak-anak juga sibuk membaca Al Quran di masjid, demikian menurut artikel Shirin Ashraf untuk laman Times of Oman.

Kesulitan sudah lama menjadi bagian kehidupan warga yang mendiami wilayah itu, tapi mereka tidak lupa bersyukur kepada Allah atas berkat yang mereka dapat.

Majd Wahaidi, seorang pelajar ilmu bisnis yang merupakan warga Gaza, mengungkapkan kepada Times of Oman bahwa mereka harus hidup tanpa listrik setidaknya delapan jam sehari.

Sebagian besar keluarga mengandalkan generator untuk mendapat listrik dan alat pembangkit listrik itu tidak dapat digunakan karena krisis bahan bakar.

Namun semua kesulitan itu tidak menghalangi mereka untuk berpuasa.

Masyarakat Gaza umumnya mengonsumsi makanan yang tidak terlalu berat pada dini hari sebelum berpuasa, yang mereka sebut "Al Sohoor".

Keju, telur, dan kurma adalah sebagian dari makanan yang biasa menjadi bagian menu sahur. Selain air mineral, banyak orang juga meminum teh.

Sebagian orang memilih makanan berat karena mereka harus berpuasa selama lebih dari 16 jam.

Untuk buka puasa, banyak orang mengonsumsi sup, acar, dan hummus--olesan yang dibuat dari tumbukan kacang polong (kacang arab), jus lemon, minyak zaitun, garam dan bawang.

Makanan tradisional seperti maqlooba (daging dan sayuran yang digoreng beserta nasi), musakhan (ayam panggang pada roti taboon yang dilengkapi dengan potongan bawang, rempah-rempah, dan kacang pinus), maftool, dan fatta biasa dihidangkan saat berbuka puasa.

Ada pula yang menyajikan steak, kebab, pasta, dan mollokheya.

Sementara makanan penutup yang identik dengan Ramadhan antara lain katayef (sejenis pangsit berisi krim), keju, kurma, atau yoghurt.

Selama bulan Ramadhan, warga Muslim Gaza selalu berkumpul saat waktu ibadah. Setiap keluarga saling berbagi dan bertukar makanan.

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013