Terus terang ini kan lebih banyak ke political issue kalau India. Jadi, mereka juga punya strategi dan tahun depan itu tahun politik mereka juga,
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan mandeknya importasi beras dan gula dari India karena kebijakan pembatasan dari negara tersebut dan juga isu politik setempat.

“Belum (ada impor), kenyataannya kan gula sampai hari ini nggak ada kan dari India. Nyatanya sampai hari ini beras, kecuali basmati, yang lainnya untuk steam rice nggak bisa, emang nggak bisa (karena) regulasi,” kata Arief dalam keterangan seperti dikutip di Jakarta, Jumat.

Menurutnya, mandeknya impor beras maupun gula dari India disebabkan adanya pembatasan ekspor sejumlah produk pangan yang diterapkan pemerintah negara itu termasuk isu politik lainnya.

“Terus terang ini kan lebih banyak ke political issue kalau India. Jadi, mereka juga punya strategi dan tahun depan itu tahun politik mereka juga,” ucap Arief.

Arief menyampaikan sebelumnya ada seorang diplomat dari India pada beberapa bulan lalu menghadap ke Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Diplomat tersebut menjanjikan untuk memberikan atau siap mengekspor 1 juta ton beras ke Indonesia.

“Minggu depannya mereka mem-banned, political issue. Ya udah, kita kalau sudah di posisi itu berarti kita harus cari yang lain, terpenuhi enggak? Terpenuhi kok dari negara lain,” ucap Arief.

Dia mengaku bahwa pihaknya bersama Perum Bulog mendapat perintah langsung dari Presiden Joko Widodo untuk mencari beras sebanyak 2 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pangan di tanah air akibat kurangnya hasil produksi nasional karena El Nino.

Baca juga: Aman, Presiden Jokowi: RI dapat 3 juta ton beras impor cadangan 2024
Baca juga: Kepala Bapanas tegaskan ia tak bangga lakukan impor beras


Ia menuturkan tugas pemenuhan beras tersebut telah terpenuhi setelah adanya impor dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Kamboja. Meski begitu, dia tidak merinci berapa jumlah beras yang telah diimpor dari empat negara tersebut.

“Enggak mesti dari India, kan tadi saya sudah sampaikan enggak mesti dari India, dari mana pun. Hari ini yang ikut bidding kita bicara kuantiti pemenuhan, bukan negara per negara,“ jelas Arief.

Meski begitu, Arief mengaku bahwa pihaknya tidak bangga melakukan importasi beras. Namun keputusan tersebut harus diambil demi menjaga ketersediaan pasokan pangan.

Ia menegaskan, pemenuhan ketersediaan pasokan pangan nasional tetap mengutamakan produksi dalam negeri sebagaimana diamanatkan Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.

Baca juga: Swasembada beras sebagai “harga mati” bagi pertanian Indonesia
Baca juga: Bulog pastikan cadangan beras tercukupi hingga akhir 2024


Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2023