Jakarta (ANTARA News) - Age-related Macular Degeneration (AMD) merupakan penyebab kebutaan terbesar ketiga di dunia.

"Kebutaan menimpa sebanyak 45 juta jiwa penduduk dunia, paling utama disebabkan katarak yakni sebesar 47,8 persen, 12,3 persen lain disebabkan glukoma, dan 8,7 persen lain disebabkan oleh AMD," kata dr. Elvioza di Jakarta, Kamis.

AMD adalah penyakit kebutaan yang disebabkan oleh kerusakan makula pada bola mata. Makula atau biasa dikenal dengan bintik kuning berfungsi untuk menyaring sinar yang merusak mata dengan mengikat radikal bebas dan sinar biru (blue rays).

AMD terbagi menjadi dua yakni AMD basah dan AMD kering. AMD basah terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah abnormal dibelakang retina mulai tumbuh dibawah makula.

Pembuuh-pembuluh darah baru tersebut cenderung menjadi sangat mudah pecah dan seringkali membocorkan darah dan cairan.

AMD basah akan menyebabkan kebutaan jika selama satu tahun tidak segera ditangani.

AMD kering terjadi saat sel-sel yang peka terhadap sinar dalam makula pecah secara perlahan. Dengan kurang berfungsinya makula maka penglihatan berangsur berkurang.

"Gejala AMD antara lain adalah terjadinya blindspot atau bintik-bintik hitam pada saat memandang objek, selain itu penglihatan terjadi distorsi, tidak jelas dan kecerahannya menjadi pudar," kata dr. Elvioza.

Selain disebabkan oleh radikal bebas dan sinar UV, AMD bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum minuman keras dan menatap layar elektronik terlalu lama.

"Selain itu faktor penyakit seperti hipertensi, jantung, dan diabetes juga dapat menjadi penyebabnya selain faktor genetis, dan ras berwarna mata terang," kata dokter.

Pendeteksian dini dapat menjadi jalan keluar penyakit yang belum ada obatnya tersebut.

Selain itu, makan makanan dengan kandungan lutein dan zeaxanthin juga baik sebagai antioksidan untuk degenerasi makular.

"Lutein dan zeaxanthin banyak terdapat pada sayuran seperti selada, brokoli, bayam, jagung dan buah kiwi, selain itu banyak minum suplemen mata juga sangat disarankan," katanya.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013