Jakarta (ANTARA) - Ribuan pasang kaki lintas generasi menyusuri lorong sejarah demi memeluk embun baru 2024. Demikian suasana Kota Tua menjadi panggung magis menjelang malam pergantian Tahu Baru 2024.

Di senja yang berlalu, Kota Tua di utara Jakarta tersaput oleh sejuta cerita. Pukul 14.30 WIB, pintu masuknya dibanjiri pengunjung dari segala penjuru.

Anak-anak dan orang dewasa mengukir jejak di tanah bersejarah ini, tempat di mana gedung-gedung berbalut putih menjadi saksi bisu perjalanan waktu.

Penjual mainan, minuman dingin, dan bus Transjakarta menari dalam sorot matahari yang hampir beranjak pergi. Langkah kaki melangkah di antara lorong-lorong, dan pengunjung dihadapkan pada pemandangan yang menggoda.

Pedagang pernak pernik, kerajinan tangan, lukisan karikatur, bahkan seni baca garis tangan hingga kendaraan-kendaraan tua berbaris rapi menyapa setiap pengunjung yang melintas di lorong bersejarah.

Bendera Merah Putih berkibar gagah di setiap gedung Kota Tua, membawa suasana kembali ke masa dulu dengan kegagahan yang memikat hati.

Di tengah keramaian, pengunjung menyatu dengan keindahan Kota Tua yang menyimpan embun tahun baru 2024. Seakan dipanggil oleh waktu, pengunjung kompak melangkah beriringan, meskipun tak saling menyapa.

Baca juga: Ada pesta kembang api spektakuler hingga konser di TMII malam ini

Kala kaki melangkah ke dalam area Kota Tua, nampak pengunjung bermain sepeda sewa, duduk-duduk bersantai, atau berjalan sembari merayakan momen indah dengan swafoto. Aktivitas itu mengisi waktu menunggu malam pergantian tahun.

Sekira pukul 15.59 WIB, fajar masih setia menemani mereka yang menanti malam pergantian tahun. Namun, hujan turun menyapa pengunjung sekitar pukul 16.30 WIB, seolah tamu yang tak diundang, desiran air hujan turun begitu saja, memaksa pengunjung Kota Tua bubar dari keseruan menikmati panggung muda mudi.

Suara musik yang menggema di kawasan bersejarah itu terpaksa mereda, dan pengunjung segera berhamburan mencari tempat berlindung dari serbuan hujan yang tak terduga. Gedung-gedung kota tua menjadi tempat penampungan improvisasi, seakan memberikan perlindungan dari serangan tak terduga ini.

Pengunjung yang terkejut dengan datangnya hujan spontan itu menepi di samping gedung-gedung Kota Tua. Mereka mencari perlindungan di rongga-rongga antik yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu.

Meskipun hujan memaksa mereka untuk berhenti sejenak, suasana Kota Tua tetap memesona dengan air hujan yang membasahi setiap batu lama.

Sebagai langkah berjaga-jaga, beberapa pengunjung menaruh tas di atas kepala, gunakan jas hujan, hingga memakai payung menciptakan suasana lucu dan sederhana di tengah hujan yang tidak terduga.

Meskipun acara musik bertajuk "Panggung Muda Mudi" terganggu, keceriaan tak terduga muncul di antara mereka yang tetap bertahan di tempat, menciptakan momen yang tak terlupakan meski dalam kondisi yang kurang nyaman.

Setelah pukul 17.40 WIB, hujan berhenti, semangat para pengunjung wisata Kota Tua kembali semangat. Mereka yang semula bergegas mencari tempat berteduh kini dapat menikmati momen tak terduga ini sebagai bagian dari petualangan mereka di tempat bersejarah ini.

Baca juga: Sambut tahun baru, TMII gelar pesta "Sukaria" selama 12 jam

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023