Sebagai shock absorber, selain menopang agenda pembangunan APBN juga mampu menjaga stabilitas ekonomi
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan realisasi sementara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 menunjukkan kinerja yang solid dan kredibel.

“Sebagai shock absorber, selain menopang agenda pembangunan APBN juga mampu menjaga stabilitas ekonomi, melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan dengan tetap menjaga keberlangsungan fiskal,” kata Febrio di Jakarta, Rabu.

Pelaksanaan kinerja APBN di tahun 2023 mencatatkan kinerja yang positif, seperti pendapatan negara yang tercatat Rp2.774,3 triliun atau 12,6 persen di atas target awal APBN 2023.

Kinerja tersebut ditopang oleh penerimaan pajak yang tumbuh 5,9 persen dan kinerja penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang meningkat signifikan ditopang oleh kinerja BUMN dan inovasi layanan.

Capaian itu juga turut didorong oleh kuatnya kinerja penerimaan perpajakan di tengah moderasi harga komoditas global. Kinerja perpajakan ditopang oleh aktivitas ekonomi yang resilien serta hasil reformasi kebijakan dan administrasi perpajakan yang digulirkan Pemerintah di akhir tahun 2021.

Belanja negara juga terserap optimal mencapai Rp3.121,9 triliun atau 102 persen dari pagu APBN. Selain mampu menopang aktivitas ekonomi dan melindungi daya beli, kinerja tersebut juga mendukung berbagai agenda pembangunan, seperti penurunan stunting, penurunan kemiskinan ekstrem, mitigasi El Nino, persiapan pemilu, serta pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan infrastruktur prioritas.

Keseimbangan primer juga menunjukkan kinerja positif, di mana capaiannya surplus Rp92,2 triliun, menjadi surplus pertama sejak 2012.

Secara keseluruhan, defisit fiskal pada tahun 2023 tercatat 1,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), jauh lebih rendah dari target APBN sebesar 2,84 persen serta defisit fiskal tahun lalu 2,35 persen PDB.

Ke depan, Febrio mengatakan pemerintah akan terus mengusahakan menjaga kondisi fiskal agar tetap sehat, sehingga akan mampu menjadi bantalan untuk mempertahankan shock absorber dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tahun 2024, di mana target pertumbuhannya mencapai 5,2 persen.

Impian tersebut akan diiringi oleh berbagai upaya mitigasi risiko global, termasuk suku bunga yang masih tinggi, peningkatan tensi geopolitik, geoeconomics fragmentation, peningkatan volatilitas sektor keuangan, serta peningkatan risiko debt distress bagi negara-negara dengan tingkat utang tinggi.

“Sebagai langkah antisipatif atas berbagai dinamika global tersebut, APBN diarahkan untuk menjaga pemulihan ekonomi dan melindungi masyarakat. Di saat yang bersamaan, Pemerintah akan terus melakukan asesmen terhadap dampak dinamika global terhadap perekonomian domestik serta meningkatkan kewaspadaan,” ujar dia.

Baca juga: Ekonom nilai penurunan defisit APBN 2023 sebagai capaian positif
Baca juga: Ekonom nilai masih ada ruang optimalisasi belanja dalam APBN 2023


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024