Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Solikhah meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan meningkatkan fasilitas layanan untuk menekan angka Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Mengingat saat ini memasuki musim hujan dikhawatirkan terdapat potensi lonjakan pasien," kata Solikhah kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

Solikhah menilai cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi yang diprediksi BMKG kerap diikuti dengan merebaknya penyakit DBD.

Dia menuturkan pentingnya peningkatan layanan kesehatan bagi masyarakat sangat penting. Salah satunya dengan mendiagnosa sedini mungkin pada penderita gejala DBD sehingga bisa ditangani secara optimal.

Baca juga: Sudinkes Jakpus mengintensifkan 3M cegah demam berdarah dengue

Selain diagnosis, ia juga meminta jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta terjun langsung ke warga dengan tujuan untuk mengedukasi terkait pencegahan dan penanganan bila terkena DBD.

“Sangat penting edukasi dari pemerintah daerah sehingga masyarakat bisa mengantisipasi agar bisa melindungi dirinya dan masyarakat sekitarnya,” tuturnya.

Selain upaya dari Dinas Kesehatan, masyarakat juga diminta berupaya mencegah penyebaran DBD dengan menerapkan pola hidup sehat.

Selain itu, di mengatakan, perlunya mengoptimalkan kegiatan pemberantas sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus. Yakni, menguras, menutup dan mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Baca juga: Pemkot Jakpus dan Puskesmas sosialisasi penyakit di musim hujan

Dinkes DKI Jakarta mencatat penambahan kasus demam berdarah dengue (DBD) mencapai 2.745 kasus hingga Juli 2023. Sedangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan hingga minggu ke-40 pada tahun 2023 terdapat 68.996 kasus DBD  dengan
kasus kematian 498 jiwa.

Sebelumnya, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ngabila Salama mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD di tengah musim hujan yang mengguyur wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya hingga April 2024.

"DBD penyakit endemis yang terus ada dan bertahan di Indonesia memiliki pola jumlah kasus yang sama setiap tahunnya," katanya.

Kasus penyakit ini mulai meningkat pada setiap akhir Desember dan mengalami puncak di bulan April. "Lalu akan turun kembali,” kata Ngabila saat dihubungi pada Rabu (10/1).

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024