Di Indonesia depresiasi dan jatuhnya stock market lebih besar daripada Thailand dan India."
Jakarta (ANTARA News) - Berbagai pembenahan secara struktural untuk menekan defisit transaksi berjalan dapat memberikan kestabilan dalam pasar keuangan yang saat ini sedang bergejolak, kata Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri.

"Beberapa problem harus dihadapi melalui struktural reformasi, misal kalau defisit transaksi berjalan ada persoalan, transaksi modal dan finansial harus bagus," katanya di Jakarta, Senin.

Chatib mengatakan, salah satu reformasi struktural yang dapat dilakukan adalah mengurangi defisit transaksi berjalan dengan memperbaiki kinerja penanaman modal asing serta menjaga iklim investasi.

"Saya sudah minta revisi daftar negatif investasi dipercepat, kemudian melakukan simplifikasi peraturan sehingga penanaman modal asing bisa dilakukan," ujarnya.

Ia mengatakan defisit transaksi berjalan akan makin mengecil pada triwulan III-2013, karena dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Juni, mulai terasa pada sektor impor migas.

"Impor minyak ini akan lebih kecil dalam triwulan tiga. Indikatornya sampai dengan Juli, konsumsi BBM dibawah yang biasanya, karena harga BBM dinaikkan. Di triwulan dua, angka defisit masih cukup tinggi, karena BBM baru naik 22 Juni," katanya.

Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah memperbaiki sistem logistik untuk distribusi barang agar suplai tetap terjaga dan menyiapkan anggaran melalui ruang fiskal untuk belanja infrastruktur.

"Kalau logistik di-push akan ada perbaikan, karena persoalan kita ada di-supply bukan karena sisi permintaan yang terlalu tinggi, tapi ada supply side, terutama BBM naik, birokrasi, ini yang harus di-address," ujarnya.

Chatib mengatakan, pembenahan struktural ini merupakan antisipasi secara internal yang dapat dilakukan, karena defisit transaksi berjalan yang masih relatif tinggi hingga pertengahan tahun, menyebabkan pelemahan rupiah dan anjloknya bursa saham.

Namun, menurut dia,melemahnya rupiah dan turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terjadi karena pengaruh eksternal terutama karena kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) melakukan penarikan Quantitative Easing, serta kekhawatiran atas kasus Merrill Lynch dan Bank of America.

"Itu dari segi eksternalnya yang kemudian mendrive stock market kemudian capital market dan nilai tukar jatuh. Di Indonesia depresiasi dan jatuhnya stock market lebih besar daripada Thailand dan India," ujarnya.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore, kembali ditutup anjlok sebesar 5,58 persen menyusul ekspektasi Bank Sentral AS (The Fed) untuk mengurangi stimulus keuangan.

IHSG BEI ditutup turun 255,14 poin atau 5,58 persen ke posisi 4.313,52. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 50,77 poin (6,69 persen) ke level 708,09.

Adapun nilai mata uang rupiah, pada Senin sore, juga bergerak melemah ke posisi Rp10.540 per dolar AS seiring dengan spekulasi di pasar uang atas rencana The Fed tersebut.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, mengalami pelemahan sebesar 160 poin menjadi Rp10.540 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.380 per dolar AS.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013