jika otot jantung sudah terlanjur mati maka tidak bisa dihidupkan lagi
Solo (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof Dr Trisulo Wasyanto meminta masyarakat mewaspadai gejala nyeri dada untuk menghindari risiko gagal jantung.

"Sebagai langkah awal, waktu efektif mestinya harus segera datang ke dokter atau rumah sakit," katanya di sela jumpa pers guru besar di Solo, Jawa Tengah, Senin.

Ia mengatakan ketika terjadi nyeri dada artinya otot jantung kekurangan aliran darah bisa karena sumbatan atau faktor risiko lain, salah satunya kurang teraturnya pola makan.

"Jadi waktu yang efektif segera datang ke dokter. Jangan sepelekan, tidak harus sampai nyeri dada kiri terus tembus punggung hingga menjalar ke tangan kiri. Tapi cukup merasakan nyeri di dada, time is muscle," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah itu.

Menurut dia, ketika otot jantung sudah terlanjur mati maka tidak bisa dihidupkan lagi.

"Memang di rumah sakit bisa melakukan reperkusi atau sumbatan aliran darah yang memberi makan pada otot jantung bisa dipasangi ring atau cincin, namun jika otot jantung sudah terlanjur mati maka tidak bisa dihidupkan lagi," katanya.

Baca juga: PAPDI: Kenali tanda serangan jantung agar bisa lakukan pertolongan
Baca juga: Sering salah diagnosis, waspadai perbedaan gerd dan gagal jantung


Ia mengatakan walaupun bisa hidup, dikatakannya, jika pasien tersebut suatu saat melakukan aktivitas yang berat maka bisa terjadi risiko yang lebih berat.

"Jadi tekor, bisa gagal jantung, gagal napas. Oleh karena itu, untuk menjaga agar otot jantung tidak mati makanya secepatnya ke rumah sakit," katanya.

Ia mengatakan nyeri dada ini terjadi karena otot jantung kekurangan aliran darah atau justru sudah terjadi kematian otot jantung.

Terkait hal itu, belum lama ini pihaknya melakukan penelitian terkait peran novel biomarker sebagai penanda baru untuk mendeteksi dan meramalkan kelangsungan hidup pasien serangan jantung mendadak di RS Dr Moewardi Surakarta.

Pembahasan tersebut juga akan disampaikannya pada pidato inagurasi berjudul Peran Novel Biomarker Dalam Diagnostik dan Prognostik Serangan Jantung Mendadak saat pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Jantung dan Pembuluh Darah Perawatan Intensif dan Kegawatan Kardiovaskuler pada FK di Auditorium GPH Haryo Mataram UNS, Selasa (16/1).

Baca juga: PERKI minta dokter rujuk pasien berisiko gagal jantung ke kardiolog
Baca juga: Kenali tanda dan gejala penyakit jantung bawaan pada anak


Selain Prof Dr dr Trisulo, di hari yang sama juga akan dikukuhkan guru besar lain, yakni Prof Peduk Rintayati sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan IPA SD pada FKIP.

Pidato inagurasi yang akan dibawakan Peduk berjudul Penguatan Empati Lingkungan di Sekolah Dasar melalui Stimulasi Higher Order Thinking Skill (HOTS) sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan.

​​​​​​Kemudian, Prof Indah Widiastuti sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknik Material pada FKIP. Pidato inagurasi yang akan dibawakan berjudul Eksplorasi Material Berbasis Plastik Daur Ulang dalam Penguatan Green Skills pada Technical Vocational Education & Training (TVET).

Selain itu ada pula Prof Rahayu sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Pedology dan Survey Tanah pada Fakultas Pertanian. Pidato inagurasi yang akan dibawakan berjudul Implementasi Pedologi Dalam Menjawab Kebutuhan Pertanian dan Nonpertanian di Masa Depan.

Terkait hal itu, Sekretaris Senat Akademik UNS Prof Mohammad Jamin berharap melalui disiplin ilmunya masing-masing, empat guru besar ini dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk UNS namun juga untuk masyarakat.

Baca juga: UNS tambah lima guru besar di bulan kemerdekaan
Baca juga: Akademisi UNS sebut katalis inovatif jadi terobosan energi alternatif
Baca juga: Guru besar UNS soroti maraknya praktik digital SCF industri modal

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024