Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa audit kasus stunting yang selama ini dilakukan hingga tingkat desa atau kelurahan mampu menjawab akar permasalahan kesehatan di dalam masyarakat.

"Ketika sukses audit kasus stunting, kita bisa menjawab dua permasalahan, yaitu bagaimana kasus-kasus secara individual itu bisa digali, penyebabnya apa bisa ditemukan, kemudian bisa mengungkap permasalahan kesehatan, jadi ada masalah kesehatan apa yang terjadi di masyarakat," katanya dalam acara Kick Off Audit Kasus Stunting yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
 
Ia menjelaskan setelah menemukan permasalahan kesehatan apa yang ada di suatu wilayah, selanjutnya bisa dibuat rekomendasi yang bersifat individu dan rekomendasi bersifat publik atau masyarakat, yang mencakup perbaikan yang ada di lingkungan itu.
 
"Mungkin masalah sanitasi atau penyakit menular yang ada di masyarakat sehingga audit kasus stunting akan memberikan dua rekomendasi tersebut, sehingga dapat ditindaklanjuti baik oleh Kementerian Kesehatan atau provider (rumah sakit)," ujar dia.

Ia mengapresiasi kepada seluruh jajaran yang telah mencapai audit kasus stunting ini dengan baik, karena pada 2023 terjadi peningkatan dibandingkan dengan pada 2022.

"Tahun 2023 terselenggara sebanyak 85,3 persen, sebelumnya di tahun 2022 hanya sekitar 60 persen," ucapnya.

Baca juga: Atikoh soal penurunan 'stunting': edukasi ibu-pantau 1000 HPK
 
Ia berharap, setelah pada 2023 audit kasus stunting sukses untuk meningkatkan cakupan yang masih dalam indikator-indikator kuantitatif, pada 2024 rekomendasi yang diberikan dapat benar-benar representatif terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di daerah.
 
"Kalau daerah itu memang populasi secara epidemiologi bisa ditelusuri bahwa memang banyak tuberkulosis (TB) sehingga rekomendasi audit kasus stuntingnya juga akan muncul kasus TB itu, sehingga rekomendasinya tidak missed," kata dia.

Ia juga mengemukakan tentang kasus lingkungan yang menjadi salah satu penyebab stunting.
 
"Begitu juga karena kasus lingkungan, misalnya sanitasi yang kurang bagus tetapi ada proses biologis yang dibangun dalam audit kasus stunting ini mulai dari hulu sampai hilir, jadi misalnya gara-gara lingkungan menimbulkan diare, akhirnya stunting, atau gara-gara TB, nafsu makannya tidak baik, dan seterusnya, itu bisa terungkap dalam audit kasus stunting ini," katanya.
 
Hasto berharap, inovasi-inovasi yang dilakukan di daerah seperti praktik baik audit kasus stunting (petik aksi) maupun lomba-lomba poster terkait audit kasus stunting dapat terus dilakukan secara berkelanjutan demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Baca juga: Sekda ungkap kendala tekan stunting dari hulu di Bali
Baca juga: Pemkot Surakarta turunkan angka stunting dengan metode terapi
Baca juga: Anggota Komisi IX DPR ajak warga Karawang jaga keluarga dari stunting

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024