Asupan gizi pada janin dan juga bayi harus diperhatikan hingga usia anak mencapai dua tahun. Sekitar 50 persen potensi stunting pada anak terjadi di dalam kandungan
Jakarta (ANTARA) - Penyuluh Ahli Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Siti Fathonah mengatakan perlu adanya upaya penguatan data dan juga diikuti perubahan perilaku dalam penanganan stunting.

“Koordinasi lintas sektor di lapangan harus diperkuat, permasalahan kita selama ini data yang berbasiskan nama dan juga alamat yang masih ada kendala di lapangan. Meskipun sudah ada pendataan dari BKKBN dan juga Kemenkes,” ujar Siti dalam diskusi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Polda Sulsel gelar bakti kesehatan dan stunting di Sidrap

Kendala utama dalam pendataan yakni di tingkat desa atau kelurahan. Meski demikian, dia mengakui ada juga sejumlah wilayah yang berhasil melakukan pencegahan dan penanganan stunting seperti Bali.

Dia menjelaskan, pencegahan dan penanganan stunting dapat berhasil dilakukan jika tidak ada bayi yang mengalami stunting hingga berusia dua tahun. Hal itu berdasarkan Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 dengan menggarap secara benar keluarga berisiko stunting. Selain itu juga perlu dilakukan upaya perubahan perilaku khususnya pola asuh dalam pencegahan stunting.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Endang L Achadi, menjelaskan pencegahan stunting perlu dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Hal itu dimulai dari dari dalam kandungan hingga berusia dua tahun.

Baca juga: Kepala BKKBN: Audit kasus stunting jawab akar permasalahan kesehatan

“Asupan gizi pada janin dan juga bayi harus diperhatikan hingga usia anak mencapai dua tahun. Sekitar 50 persen potensi stunting pada anak terjadi di dalam kandungan,” kata Endang dalam diskusi yang diselenggarakan Cempaka Study Club dan Indofood tersebut.

Head Corporate Communication Division PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Stefanus Indrayana, mengatakan Indonesia bersama dengan negara-negara lain bergotong royong mengatasi malnutrisi sejak 2012. Sektor swasta melakukan upaya-upaya mengatasi mal nutrisi baik kelebihan nutrisi, kekurangan nutrisi dan kekurangan nutrisi mikro.

"Upaya mengatasinya dengan meningkatkan konsumsi makanan bergizi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi," jelas Stefanus.

Baca juga: Atikoh soal penurunan 'stunting': edukasi ibu-pantau 1000 HPK

Pewarta: Indriani
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024