Salah satu mobil berhasil menyelamatkan diri namun yang kedua tidak, dan militan menembak mati lima prajurit dan membakar mayat mereka."
Mosul, Irak (ANTARA News) - Sedikitnya 22 orang tewas dalam kekerasan di Irak, Minggu, termasuk lima prajurit yang ditembak mati orang-orang bersenjata yang kemudian membakar mayat mereka, kata beberapa sumber kepolisian dan militer.

Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, namun militan memanfaatkan peluang untuk mengobarkan kekerasan terhadap pemerintah pimpinan Syiah dalam beberapa bulan ini, yang didorong oleh perang saudara di Suriah, lapor Reuters.

Serangan terbesar terjadi sekitar 290 kilometer sebelah utara Baghdad, ketika militan menembaki dua mobil yang membawa pasukan di kota Qaiyara, kata sumber-sumber militer.

"Salah satu mobil berhasil menyelamatkan diri namun yang kedua tidak, dan militan menembak mati lima prajurit dan membakar mayat mereka," kata seorang pejabat intelijen militer senior yang menolak disebutkan namanya.

Satu sumber medis di kamar jenazah di Mosul mengkonfirmasi bahwa mayat prajurit-prajurit itu dibakar.

Polisi mengatakan, tujuh orang tewas dan 28 lain cedera dalam dua ledakan terpisah di Madaen, sekitar 30 kilometer sebelah tenggara Baghdad dan di sebuah daerah Syiah di ibu kota Irak tersebut.

Dua ledakan lain di daerah-daerah komersial di Baghdad barat dan timur menewaskan tiga orang dan melukai 10 lain, kata polisi.

Sebelumnya Minggu, polisi melaporkan bahwa tiga orang tewas dan 15 lain cedera ketika bom mobil meledak di Balad, 80 kilometer sebelah utara Baghdad. Dua orang lagi ditembak mati di dekat rumah mereka di Mosul timur, 390 kilometer sebelah utara Baghdad, kata polisi.

Bom-bom pinggir jalan juga menewaskan dua anggota keluarga pengungsi Syiah yang belum lama ini kembali ke rumah mereka. Serangan itu melukai sembilan orang lain di Baquba tengah, 65 kilometer sebelah timurlaut Baghdad, kata polisi.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Ramadhan, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.500 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013