Saya diajak ikut proyek oleh Pak Gobel tentang batik yang ramah lingkungan, selain itu untuk bisa kenalkan batik kepada dunia."
Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah atlet sumo terkemuka asal Jepang mengenakan `yukata` (sejenis kimono) batik buatan Solo dalam sebuah acara malam perpisahan bagi para pesumo yang mengikuti kejuaraan sumo internasional di Jakarta pada 24-25 Agustus 2013.

Dari 40 pesumo yang hadir, ada enam pesumo Jepang yang terlihat berbeda dengan balutan yukata berwarna abu-abu, biru, coklat, ungu, dan hijau dengan corak khas.

Keenam pesumo tersebut yakni Hakuho, Harumafuji, Kisenosato, Kotoshogiku, Kakuryu, dan Kotooshu, memakai yukata yang dijahit khusus di Ando Co Ltd, perusahaan yang biasa membuat dan memasarkan produk tradisional Jepang, dan merupakan hasil karya dari pebatik asal Jepang Fusami Ito.

Wanita yang sempat belajar batik di Solo itu mengatakan pemakaian batik oleh para pesumo memang merupakan bagian dari proyek memperkenalkan batik kepada dunia internasional dan juga pengembangan batik yang ramah lingkungan.

"Saya diajak ikut proyek oleh Pak Gobel tentang batik yang ramah lingkungan, selain itu untuk bisa kenalkan batik kepada dunia," ujar Fusami saat ditemui usai acara perpisahan di Jakarta, Minggu malam.

Dalam proses kreatif dan pengerjaan yukata batik khusus bagi para pesumo tersebut, Fusami mengatakan tidak banyak mengalami kendala karena batik bukan merupakan hal yang baru lagi baginya.

"Tapi karena badan mereka besar jadi agak sulit ya," ujar Fusami sambil tertawa.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ) Rachmat Gobel mengatakan Fusami merupakan orang yang tepat untuk membantu mengembangkan batik ramah lingkungan, selain karena Fusami merupakan sosok yang tekun dan memiliki kecintaan terhadap batik, ia merupakan warga asal Jepang yang kini sangat peduli akan lingkungan.

"Saya diskusi sama beliau, bagaimana Jepang yang sekarang konsen kepada masalah lingkungan, bisa membantu pengembangan batik yang ramah lingkungan. Maka dengan itulah beliau membantu mendesain serta juga memproduksi dan mengembangkannya," kata Gobel.

Menurut Gobel, batik yang ramah lingkungan bukan hanya dari penggunaan warna dari bahan alami tapi juga proses produksinya. (C005)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013