Jakarta (ANTARA News) - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) lebih menjanjikan dibanding jika menggunakan tenaga lainnya seperti batubara, apalagi minyak bumi. "Selain cadangan uranium, bahan baku energi nuklir kita banyak dibanding cadangan energi fosil yang sudah sangat menipis. Harga uranium di dunia sekarang juga murah," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Soedyartomo Soentono, di sela Seminar Keselamatan Nuklir, di Jakarta, Rabu. Murahnya bahan baku uranium itu karena berdasarkan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT), negara yang sudah memiliki hasil pengayaan uranium itu harus mengurangi stoknya, sehingga mereka harus mengubahnya menjadi unsur lainnya. "Rusia, misalnya, setelah perang dingin usai, lebih dari 500 ton uraniumnya dibeli oleh AS," katanya. Ia mengatakan, dengan energi nuklir, kebutuhan tenaga listrik 1.000 MW bisa dipenuhi hanya dengan 25 ton Uranium, sementara jika dengan batubara dibutuhkan sekitar tiga juta ton batubara per tahun. Sehingga, jika rencananya PLTN di Semenanjung Muria yang akan beroperasi pada 2016 tersebut diperkirakan memiliki kapasitas listrik sebesar 4.000 Megawatt pada 2025, maka hanya dibutuhkan 25 ton Uranium kali empat, ujarnya. Data Batan menunjukkan, potensi terindikasi uranium sebagai bahan baku nuklir di Indonesia lebih dari 24.112 ton berlokasi di Kalimantan dan Sumatera utara yang sampai sekarang masih utuh atau belum dimanfaatkan. Ia mengakui, investasi PLTN cukup tinggi karena untuk setiap kW dibutuhkan 1.500 dolar AS atau 1,5 juta dolar AS per mW, sementara batubara hanya 800 ribu dolar AS per mW. Namun harga bahan baku uranium itu, ujarnya, hanya lima persen saja pengaruhnya terhadap harga listrik, sementara batubara berpengaruh 40 persen untuk harga listrik. Dalam kesempatan itu ia juga menyebutkan Indonesia masih mengimpor uranium dari luar negeri seperti Kanada, USA dan Perancis karena harganya relatif murah dibandingkan memproduksi potensi uranium dalam negeri. "Namun jika uranium di dunia sudah langka dan harganya menjadi mahal barulah kita akan memanfaatkan potensi milik sendiri," katanya. Sebelumnya, Kepala Pusat Diseminasi Iptek Nuklir Batan, Taswanda Taryo mengatakan, estimasi kandungan untuk minyak diperkirakan hanya mencapai 18 tahun, sedangkan untuk cadangan produksi gas diperkirakan 61 tahun dan batubara mencapai 147 tahun. Menurutnya, cadangan dunia untuk gas saat ini hanya tersisa 1,4 persen, minyak bumi 0,5 persen dan batubara 3,1 persen. Soal kebocoran, dikatakannya, selain di Chernobyl, dari 438 PLTN yang ada di seluruh dunia, sampai sekarang belum pernah terjadi kebocoran. Dijelaskannya bahwa Chernobyl merupakan reaktor untuk memproduksi Plutonium bagi pengembangan nuklir, sedangkan PLTN Semenanjung Muria untuk pembangkit tenaga listrik.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006