Washington (ANTARA) - Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi pada Kamis (25/1) memberikan peringatan mengenai situasi yang sangat rentan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina tenggara, yang saat ini dikuasai Rusia.

“Situasi keselamatan dan keamanan nuklir di PLTN Zaporizhzhia, khususnya, masih sangat rentan,” kata Grossi pada pertemuan Dewan Keamanan PBB.

Zaporizhzhia yang merupakan pembangkit listrik terbesar di Eropa dan termasuk 10 terbesar dunia telah dikuasai Rusia sesaat setelah dimulainya perang pada 24 Februari 2022.

Grossi mengatakan keenam reaktor pembangkit telah ditutup sejak pertengahan 2022, sebanyak lima diantaranya dalam keadaan dingin dan satu dalam keadaan panas. "Namun, potensi bahaya dari kecelakaan nuklir besar masih sangat nyata,” tambahnya.

Pembangkit tersebut beroperasi dengan jumlah staf yang dikurangi secara signifikan, meskipun reaktornya ditutup, hal ini “tidak berkelanjutan,” ungkap Grossi.

“Dan sekarang ada delapan kejadian ketika lokasi tersebut kehilangan seluruh listrik di luar lokasi dan harus bergantung pada generator diesel darurat, garis pertahanan terakhir terhadap kecelakaan nuklir, untuk memberikan pendinginan penting pada reaktor dan bahan bakar bekas,” tegasnya.

Dia mengingatkan Dewan Keamanan bahwa daya listrik di luar lokasi adalah penting untuk memastikan operasi pembangkit yang aman.

"Kecelakaan nuklir memang belum terjadi. Ini benar. Namun, rasa berpuas diri masih dapat membawa kita pada tragedi. Seharusnya hal itu tidak terjadi,” ujarnya.

"Kita harus melakukan apapun yang kita bisa untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan," lanjutnya.

Jelang penyampaian pidatonya di hadapan Dewan Keamanan PBB, Grossi juga bertemu dengan Sekretaris jenderal PBB Antonio Guterres dalam rangka membahas 'isu penting' seperti situasi keselamatan dan keamanan nuklir di Ukraina serta upaya proliferasi di Timur Tengah.

Setelah pertemuan, Grossi mengatakan kepada wartawan di Kantor Pusat PBB di New York bahwa dirinya akan segera berkunjung ke Kiev dan Moskow.

"Saya pikir ini yang kita butuhkan. Kami butuh diplomasi. Kami butuh diplomasi yang bekerja. Ini yang sedang saya coba lakukan," kata Grossi.

Baca juga: Palestina desak IAEA bertindak atasi ancaman nuklir Israel ke Gaza
Baca juga: IAEA serukan Israel gabung perjanjian non proliferasi senjata nuklir


Sumber: Anadolu

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024